Membahas tentang dunia pernikahan memang tidak ada habisnya. Ada saja drama yang turut serta mewarnainya. Dari mulai kasus perselingkuhan yang viral yang dilakukan oleh artis sampai orang tak dikenal. Bahkan, banyak beredar di dunia maya yang memberitakan adanya pembunuhan dan penganiayaan akibat perselingkuhan. Selain itu, ada juga kasus KDRT yang juga tak kalah mencengangkan yang alasannya bermacam-macam, entah itu yang logis mau pun yang jauh dari kata realistis.
Sungguh, sederet kasus lain dalam dunia pernikahan pun kerap memicu sakit kepala, bahkan trauma.Â
Tanpa disadari, pertunjukan semacam itu banyak sekali contohnya di sekitar. Namun, tenang! Masih banyak, kok, cerita indah pernikahan yang bisa dijadikan teladan.
Maka dari itu, sebelum menikah, sebaiknya mantapkan hati dulu. Pertimbangkan baik-baik visi misinya seperti apa dan urgensinya bagaimana.
Jangan sampai ... seseorang menikah hanya karena bermodal cinta. Sungguh, itu tidak bisa menjadi jaminan pondasi rumah tangga yang kuat. Dalam berkeluarga, cinta saja tidak cukup. Ada beberapa variabel lain yang butuh dipelajari dengan tepat, yaitu tentang pemahaman spiritual, kesiapan mental, wawasan mengenai dunia pernikahan, pengelolaan keuangan, dan lain sebagainya.
Hal itu dimaksudkan agar ketika permasalahan dalam rumah tangga terjadi, ada ilmu yang bisa digunakan sebagai senjata untuk menguatkan janji suci.
Terkadang, orang-orang saat ini kebanyakan yang diprioritaskan malah resepsinya, yang bahkan tidak penting-penting amat. Bukan juga termasuk dalam syarat atau rukun pernikahan.
Bukankah yang lebih utama itu sahnya, bukan wah-nya, to?
Namun, kalau memang keadaan finansial mencukupi, nggak masalah, sih. Yang tidak boleh adalah terlalu memaksakan diri sampai berhutang sana-sini. Kasus yang heboh di Kediri satu bulan yang lalu, yaitu mengenai seorang ayah yang bunuh diri sebab terlilit hutang karena mengadakan perayaan nikah sang anak, seharusnya menjadi pembelajaran. Bahwa, seseorang harus pandai menempatkan diri. Sadar posisi dan paham kemampuan diri agar tidak mudah tergiur ekspektasi hingga hilang kendali.
Semoga kejadian serupa tidak ada lagi, ya!
Dunia pernikahan memang serumit itu. Kisah cinta-cintaannya nggak kayak di naskah film romansa yang banyak uwu-nya. Sungguh, adegan dalam episode per episode di dunia pernikahan itu pasang surut, tidak selalu mulus. Makanya, kalau sebatas cinta sebagai alasan merekatkan ikatan, mending jangan dulu, deh! Nanti bakalan kaget, loh.
Eh, terserah, deng. Kalau mau merasakan sensasi seperti naik roller coster, ya, enggak masalah. Nikmati lika-likunya. Syukuri naik dan turunnya. Dengan harapan, semoga bisa survive, ya!Ada rasa deg-degan itu wajar. Lama-lama juga akan mampu mengikuti iramanya.
Ah, kayaknya aku terlalu banyak bicara. Padahal, setiap insan memiliki prinsip dan tujuan masing-masing. Betul, kan?
Jadi, kalau ada yang dengan menikah bisa membuat bahagia, ya, lanjutkan! Banyak-banyak berdoa saja agar hubungannya dengan pasangan selalu diberikan perlindungan dari godaan setan. Sebab, setan masa kini bentuknya aneh-aneh, ada yang doyan sambal juga. Horor, kan?Â
Ih ... takut!
Lalu, ketika ada yang lebih bahagia kala sendiri, ya, biarkan! Jangan dipaksa. Kata-kata tak sedapnya simpan dalam hati saja. Tak perlu diucapkan jika akhirnya bisa menyakiti. Untuk hal ini, mohon kerjasamanya, ya! Izinkan ia menjalani hidupnya dengan baik. Pun, bisa memutuskan untuk kebaikan pribadinya sendiri, tanpa komentar miring dan campur tangan orang lain.
Toh, nggak ada yang salah dengan pilihan hidup yang tak sama. Nggak perlu dituntut memiliki cara pandang yang seragam. Sungguh, itu hak tiap-tiap kepala.Â
Ingat! Kita boleh mengingatkan, tetapi tidak perlu mengintervensi terlalu dalam.
Dari semua pemaparan di atas, satu hal yang pasti bahwa dunia pernikahan bukan sebatas cinta-cintaan, maka kudu hati-hati dalam mengambil keputusan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI