Kok, bisa?
Ya. Bisa saja. Dengan begitu, orang-orang tersadar kalau untuk mengenang jasa-jasa pahlawan bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Tidak harus memaksakan diri agar tidak terlalu terbebani. Ia juga bisa belajar arti perjuangan dengan cara tetap bersyukur terhadap keadaan yang dimiliki. Menjadi diri sendiri dengan bangga akan profesi yang dijalani merupakan sebuah bentuk perjuangan itu sendiri.Â
Berjuang tidak melulu tentang peperangan. Pun, tidak sebatas perihal pangkat dan jabatan, bukan?
Sehingga, lebih baik menjadi diri sendiri saja. Namanya juga sudah merdeka. Iya, kan?
Oleh sebab itu, upacara bendera sebaiknya dijadikan momentum untuk menumbuhkan rasa perjuangan dalam diri.
Kalau sebelumnya merasa malu sebagai seorang petani atau penderes, mulai sekarang mari bekerja lebih giat lagi. Tanamkan dalam diri kalau memperjuangkan kelayakan hidup diri sendiri dan keluarga adalah sebuah kebaikan yang tak ternilai.
Percayalah bahwa perjuangan itu caranya beraneka macam. Yang punya titel tinggi bukan berarti ia yang berjuang paling gigih sekali. Tidak seperti itu tolok ukur yang disepakati.
Memangnya, bagaimana cara menumbuhkan rasa perjuangan dalam diri melalui upacara bendera?
Caranya mudah. Diantaranya, dengan khidmat mengikuti upacara bendera sampai selesai tanpa mengeluh juga bisa. Itu artinya ia telah berhasil berjuang mengalahkan egonya sendiri. Sesungguhnya, bisa saja ia melipir ke arah penjual es untuk melepaskan dahaga. Lagi pula, sudah ada contoh nyatanya, saat peringatan hari kemerdekaan beberapa hari yang lalu, ada para pejabat publik memilih berleha-leha di pinggir lapangan dengan menyeruput es dan makan siomai ketika upacara sedang berlangsung.
Miris, bukan?
Padahal, kalau menggali kembali sejarah nasional tentang betapa melelahkannya perjuangan memerdekakan bangsa, orang-orang itu tidak akan cepat menyerah. Itu masih menghadapi panasnya matahari, loh. Bukan melawan penjajah hingga timbul pertumpahan darah. Namun, sayangnya, kepekaan semacam itu memang tidak semua orang memilikinya.