Mohon tunggu...
Lateefa Noor
Lateefa Noor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis amatir yang selalu haus ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Makna Merdeka bagi Perempuan di Desa

17 Agustus 2023   06:43 Diperbarui: 17 Agustus 2023   06:45 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sasint by Pixabay

Aku pasti gelagapan menjawabnya. Mana mungkin bisa merespons dengan sempurna menyoal kaidah memaknai kemerdekaan secara luas kalau aku masih gagal mencari makna merdeka pada diri sendiri, kan?

Selama ini, aku memang belum berhasil memerdekakan diri karena masih berkutat pada penilaian orang lain ketika hendak melakukan sesuatu. Untuk berbicara pun, aku masih terlalu memikirkan banyak hal tentang bagaimana reaksi orang terhadap kata-kataku.

"Kalau aku bersikap begini, apa kata orang, ya?"

Kalau dipikir lebih dalam, aku tidak harus memusingkan hal itu jika dirasa tidak ada perilaku yang melanggar tata aturan yang berlaku.

"Gimana kalau ucapanku menyinggung?"

Spekulasi semacam itu juga tidak kalah mengganggu. Namun, aku selalu berupaya untuk menyadarkan diri kalau itu hanya kecemasan tidak berdasar. Mawas diri boleh, tetapi jangan sampai membatasi gerak. Selama tidak ada ungkapan kotor dan umpatan, tidak perlu takut untuk mengeluarkan gagasan.

Seharusnya begitu, kan?

Namun, perasaan tidak enak masih sering muncul karena terbiasa menjadi bahan perbincangan. Tak jarang, diksi penuh kebencian sesekali pernah didengar hanya gara-gara tidak mengikuti kebiasaan masyarakat kebanyakan, yang sebetulnya tidak perlu dilakukan. Seperti, tidak turut serta bergerombol dengan para perempuan yang biasanya hanya membicarakan keburukan orang lain. Sebut saja rasan-rasan atau ghibah.

Sepertinya, dunia pergosipan memang sudah melekat pada diri perempuan.

Ah, yang benar saja! Masak, berbuat tidak benar mau melibatkan banyak orang. Iya, kan?

Jujur, butuh waktu sangat lama bagiku untuk berdamai dengan carut-marut kehidupan di desa semacam itu. Namun, satu hal yang pasti, aku harus tetap berpendirian teguh agar mampu menghindari perkara yang menyimpang seperti itu. Selama untuk menuju perbuatan yang lebih baik, tidak perlu takut dikucilkan. Sebab, membenahi tatanan yang sudah berkembang pesat, itu tidak mudah. Butuh tenaga yang kuat dan waktu yang tidak singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun