Kenangan itu perlahan memudar. Kali ini, aku harus banyak belajar, untuk selalu memupuk rasa ikhlas dan sabar. Apalagi sekarang diri ini sudah menjadi seorang ibu dan istri, emosinya harus lebih ditekan. Agar suasana hati kian tenteram.
"Terima kasih, Suamiku. Nasihatmu sungguh menenangkan." Mendengar kalimat itu, suamiku tersenyum merekah. Ada rasa damai terpancar di kedua bola matanya.
"Kembali kasih, Istriku. Aku percaya, kamu itu wanita kuat. Semoga tanggapan miring itu membuatmu makin hebat. Semangat menjadi ibu dan istri lebih yang baik lagi, Sayang!" kata suamiku penuh penguatan. Lalu, ia merengkuhku penuh cinta. Kali ini, rasa haru mengambil bagiannya, hingga aku larut dalam dekapannya.
Aku kuat. Aku hebat.
Aku memantapkan diri untuk tidak terlalu menanggapi komentar negatif orang-orang di luar sana. Agar kewarasan diri tetap terjaga sepenuh hati. Aku yakin bahwa aku mampu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi setelah ini.
Selalu bimbing aku, Tuhan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H