"Mas." Begitu sampai di tempat Liam, Jihan langsung menubruk lelaki itu tanpa ragu. Ia memeluk erat seolah-olah tidak akan ada hari esok lagi untuk berjarak sedekat ini, seperti saat ini.
"Aku merasa nggak berguna banget," ungkap Jihan penuh penyesalan sembari meminta maaf berkali-kali.
"Kamu nggak salah. Mas saja yang pengecut. Maaf dan aku sayang kamu."
Pelukan hangat itu terus berlanjut dan kata sayang itu juga terus diucapkan oleh Liam tanpa henti kalau saja tidak ada kunjungan dokter yang menyela momen mengharukan itu.
Hari demi hari Jihan setia menemani Liam. Bahkan, ia sampai melupakan tujuan awalnya ke rumah sakit ini. Suasana hati Jihan berangsur membaik ketika tak berjarak dengan belahan jiwanya ini. Namun, kebahagian yang terbilang sebentar itu harus pupus ketika mendapati kondisi Liam kian memburuk.
"Kamu harus menjalani hidup dengan lebih baik setelah ini, ya, Sayang. Jangan lupa bahagia!"
Itu kalimat terakhir yang Liam ucapkan untuk Jihan. Seolah-olah, itu adalah pesan terakhir dari pria itu. Sebab, setelah itu, berita tak sedap pun terdengar.
Kini, Liam benar-benar pergi jauh sekali dan bentangan jarak itu benar-benar tak bisa dihindari.
Â
---Tamat---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H