[caption id="attachment_337073" align="aligncenter" width="560" caption="Lola Amaria bersama para pemeran Film Negeri tanpa Telinga, Kiri-kanan: Lukman Sardi, Lola Amaria, Ray Sahetapy, Jenny Zhang, Tanta Ginting, & Kelly Tandiono (kompasiana/ELA)"][/caption]
Anda pecinta film Indonesia? kalau ya, maka tulisan kali ini akan jadi kabar menarik untuk Anda! Tanggal 14 Agustus 2014 akan rilis sebuah film satir Politik, Negeri tanpa Telinga. Film hasil besutan Lola Amaria ini dibintangi oleh beberapa aktor kenamaan. Nama besar seperti, Lukman Sardi, Ray Sahitapy, T. Rifnu Wikana, Tanta Ginting dan beberapa aktris naik daun Kelly Tandiono dan Jenny Zhang muncul di film ini. Selain mengusung aktor-aktor hebat, film ini juga menjadi satu-satunya film layar lebar yang memparodikan realitas politik Indonesia.
Ambisi, Kekuasaan, dan Skandal Seks jadi tema yang diangkat oleh film. Berat? Jangan takut karena alur cerita dibuat satir dan dibungkus dengan apik dalam bentuk parodi.  Film ini bercerita tentang Naga (T. Rifnu Wikana), seorang tukang pijat yang memiliki banyak pasien dari berbagai kalangan, Politikus, news anchor, ketua partai, hingga dokter. Dari semua pasiennya, Naga mendengar banyak cerita, ia tentang ambisi menjadi presiden dari seorang politikus, harapan news anchor, bahkan celetukan cabul dari ketua partai yang dikenal agamis.
Semua kisah pasiennya membawa Naga hingga terlibat dalam pusara skandal korupsi milyaran rupiah yang sudah tercium oleh satuan antikorupsi. Putus asa dan muak karena diterror oleh pihak yang menuduhnya membocorkan cerita salah satu pasien, Naga ingin  menghilangkan kemampuannya pendengarannya.
Seiring dengan kisah Naga, bergulir juga kisah Ustad Etawa (Lukman Sardi) politisi agamis, pasien Naga yang menghidupi partainya dengan bisnis lobi-melobi dengan pengusaha daging. Ia dengan santai memilah perempuan dan membandrol sejumlah proyek impor daging hingga akhirnya nasib apes membawanya terjaring KAPAK -pelesetan untuk satuan antikorupsi di film ini-.
Selain Ustad Etawa, ada pula cinta segiempat antara Piton (Ray Sahetapy) seorang politisi yang digadang-gadang sebagai capres dari konvensi dengan sang istri, sang selingkuhan Tikis Queenta (Kelly Tandiono), pelobi ulung proyek satu partainya dan sang mantan kekasih Chika Cemani (Jenny Zhang) seorang news anchor yang berhasil mempublikasi kasus korupsi Piton. Cinta segibanyak Piton membuatnya turut terjaring KAPAK, meski telah berkoar-koar bahwa dirinya bersedia dipanah apabila terbukti bersalah, pada akhirnya Piton bergabung bersama Ustad Etawa dan KEMENKERA.
Piton, Etawan, Chika, dan Tikis adalah pasien Naga. Merekalah yang membuat Naga muak, merekalah yang membuat telinga Naga mendengar drama kotor dan menyakitkan.
[caption id="attachment_337075" align="aligncenter" width="490" caption="Para orang di balik layar dan pemeran film. Tokoh utama yang memerankan Naga T. Rifnu Wikana tidak menghadiri press confrence karena sedang berada di Aceh untuk menghadiri pernikahan adiknya. (kompasiana/ELA)"]
Naskah film ini ditulis langsung oleh cerpenis sekaligus pemerhati budaya, Indra Trenggono. Alur cerita dibuat mundur namun berhasil tersusun dengan runut tanpa cela. Kisah tiap tokoh dalam film tersampaikan dengan penuh warna. Ray sahetapy berperan sabagai Piton wangsalaba, Kelly Tandiono sebagai Tikia Queena, Lukman Sardi sebagai Ustadz Etawa, Tanta Ginting sebagai Mr. Marmood, Rukman Rosadi sebagai Joki ringkik.
[caption id="attachment_337076" align="aligncenter" width="457" caption="Lola Amaria sebagai Produser sekaligus Direktor film dan Indra Tranggono, cerpenis sekaligus pemerhati budayayang menuliskan naskah film. Negeri tanpa Telinga adalah naskah layar lebar pertama Indra Tranggono. (kompasiana/ELA)"]
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, film ini memparodikan skandal korupsi yang terjadi di Indonesia. Pelesetan nama kasus dan istilah-istilah terkenal macam "onta"dan "domba gemuk" yang mencuat di kasus korupsi muncul dan dijamin mengundang senyum penonton.
Negeri tanpa Telinga bersetting di tiga lokasi, Jakarta, Solo, dan Yogyakarta pada bulan Februari. Seperti yang kita ketahui, pada bulan itu, Gunung Kelud meletus dan menebarkan debu vulkanik di kawasan Yogyakarta hingga Solo. Menurut Lola Amaria, hal ini adalah salah satu tantangan terbesar dalam proses pembuatan film.
Kru:
- Executive Producer: Billy Tjong
- Screenplay: Indra Tranggono & Lola Amaria
- Producer: Lola Amaria
- Line Producer: Krishto Damar Alam
- Director: Lola Amaria
- Art Director: Frans XR Paat
- Film Editor: Aline Jusria
- Music Editor: Thoersi Argeswara
Casting:
- Piton Wangsalaba: Ray Sahetapy
- Naga: T. Rifnu Wikana
- Tikis Queenta: Kelly Tandiono
- Chika Cemani: Jenny Zhang
- Etawa: Lukman Sardi
- dr. Sangkakala: Landung Simatupang
- Mr. Marmood: Tata Ginting
- Joki Ringkik: Rukman Rosadi
- Lina: Maryam Supraba
- Momon: Eko Supriyanto
- Noval: Gary Iskak
- Kobir: Pasha van Krab
- Tanduk Mamiri: Joko Kamto
[caption id="attachment_337101" align="aligncenter" width="460" caption="Sedikit gambaran suasana kumpulan wartawan di acara screening film "]
Oh ya, catatan terakhir. Jika dilihat sekilas, nama-nama tokoh pada film ini mengandung unsur nama hewan, menurut penulis naskah film, Indra Tranggono, nama-nama ini diambil dari urutan shio yang mewakili tiap tokoh. Kompasianer, jika kamu menginginkan film politik yang menarik dan penuh dengan pesan, maka masukkan film ini di daftar bioskopmu ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H