Mohon tunggu...
Ella Yusuf
Ella Yusuf Mohon Tunggu... Administrasi - Tukang Kebun

I love reading as much as I love my cats

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jadi Editor untuk Tulisan Sendiri? Bisa kok!

24 September 2014   17:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:42 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361489" align="aligncenter" width="560" caption="Pensil merah, senjata editor :D (www.theopennotebook.com)"][/caption]

Kadang kita kepengen banget bisa ngedit tulisan sendiri, tapi begitu mulai selalu stak di tengah jalan, malah kadang pikiran kalau tulisan kita udah nggak ketolong dateng tiba-tiba sampai akhirnya mood hancur dan ujung-ujungnya boro-boro mau diedit, dipublikasi aja rasanya udah malu. Padahal sebenarnya tidak perlu banyak skill yang perlu dipelajari untuk bisa ngedit tulisan sendiri lho! Karena pada intinya, semua yang dilakukan oleh editor ke naskah itu semata-mata untuk menjadikan naskah layak dibaca. Wes, itu thok!

Kalau kamu mau mengedit tulisanmu sendiri, mudah saja kok! Tinggal buka KBBI Daring -kalau gak punya bukunya- dan EYD untuk referensi, baca artikelnya lalu ambil tindakan di bagian-bagian tulisan yang harus dirapihkan. Semudah itu! Cuma sayangnya, kita –yang mengedit tulisan sendiri- tidak tahu cara memanajemen perasaan ketika menghadapi tulisan pribadi. Untuk memanipulasi perasaanmu ketika mengedit, empat poin ini bisa kamu lakukan.


  • Set Mode Netral saat Re-reading tulisan

Hilangkan pikiran “duh, pas dibaca lagi kok geli ya?” atau, “kok kayak ada yang kurang ya?” atau “ah, udah bagus kok!. Ilfeel, kurang puas atau terlalu puas adalah tiga penyakit yang sering muncul ketika kita baca ulang tulisan sendiri. Sebenarnya gak masalah sih, tapi kalau tiga kalimat ini dibiarkan terlalu menguasai, hasil editan –terutama dari segi subtansi - yang kita lakukan jadi kurang maksimal. Usai membaca lagi tulisan kita, ayo stop keluarkan tiga kalimat itu dan ganti dengan kalimat, “oke, mana yang perlu diperbaiki supaya enak dibaca!”

Oh ya, dalam proses editing, sesi first reading itu perlu banget lho! Dengan membaca ulang tulisan secara menyeluruh, kita jadi tahu bagian mana yang melenceng dari jalur atau bagian mana yang informasinya kurang.


  • Edit Typo-nya dulu!

Usai first reading, kalau kamu masih merasa belum pede atau terlalu nafsu pengen buru-buru merombak tulisan coba kendalikan nafsu atau tumbuhkan nafsumu buat ngedit dengan memulainya dari yang kecil-kecil. Perbaiki typo-mu, perhatikan tanda baca, penulisan kata, dan penggalan antarparagraf. Usai membaca kembali sambil mengedit typo –insha Allah- tekadmu dan kendali untuk lebih mempercantik tulisan akan muncul.


  • Posisikan Naskah Sebagai Objek, bukan Karya

Anggap saja kalau tulisan itu bukan kamu yang buat, posisikan dirimu sebagai pembaca pada saat membacanya dan editor saat kamu mengeditnya. Menjadi pembaca perlu agar kamu bisa eksplor lebih dalam tentang apa-apa yang dibutuhkan naskah agar bisa lebih memuaskan pembaca. Jadi editor juga perlu karena dengan begitu, semua yang kamu lakukan pada naskah bisa kamu kerjakan dengan ikhlas (apa lagi kalau ternyata kita harus memengkas 3 paragraf jika ternyata itu tidak perlu).


  • Kendalikan diri dari Godaan untuk Ganti Isi Tulisan


Saat membaca lagi tulisan kita, kadang timbul niat untuk ngubah inti dari seluruh bacaan yang udah kita tulis. Ini juga penyakit para penulis yang ngedit tulisannya sendiri. Merasa bacaannya gak menarik, lantas nyoba ganti atau nambah-nambahin topik yang gak relevan sampai akhirnya tulisan kita ngalor-ngidul gak ada juntrungan. Menambah materi tulisan itu salah satu tugas editor, tapi pastikan semua yang kamu tambah itu memperkuat inti dari tulisan. Ingat, satu matahari bagus tapi kalau ada dua matahari di bacaan, pembaca akhirnya terlalu silau sampe ujung-ujungnya gak bisa liat apa-apa.

Untuk sementara ini empat poin dulu, kalau ada poin tambahan yang terpikir tolooooooongggg ditambaaaahh, hehehe... terimakasih sudah menyempatkan diri buat mampir.

Mau tau apa saja senjata editor -selain pensil/ pulpen merah- saat bergumul dengan naskah? Klik ini (bukan SEO). heheheh

sincerly yours,

ellaa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun