Mohon tunggu...
Nur Laili Hawa
Nur Laili Hawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hi selalu semangat dimanapun kalian berada wahai generasi Indonesia maju!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Positif Menanamkan Emosi Prososial pada Anak Usia Dini

1 Desember 2022   00:36 Diperbarui: 1 Desember 2022   00:42 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Halo teman-teman apa kabar semua? semoga kita senantiasa baik di mana pun kita berada aamiin...

Sudah tahukah teman-teman apa itu Emosi Prososial? dan seberapa penting pengaruh perkembangan emosi prososial pada anak usia dini?, mari kita pelajari bersama!!!

Apa itu emosi prososial?

Emosi prososial merupakan tindakan positif atau baik yang bersangkutan dengan kontak sosial. Prososial mengarah kepada kegiatan positif yang suka rela dilakukan guna memudahkan pekerjaan orang lain tanpa memikirkan kepentingan pribadi ataupun mengharapkan pujian orang lain. Dalam artian prososial dilakukan dengan hasrat keinginan tanpa perintah atau paksaan melainkan dari dorongan diri sendiri untuk membantu seseorang. 

Kegiatan prososial termasuk dalam kegiatan yang menguntungkan orang lain baik secara fisik maupun psikologis serta menciptakan kedamaian dan meningkatkan torelansi. Lalu apa sajakah tindakan prososial? tindakan prososial diantaranya yakni berbagi(sharing), kerjasama(cooperation), menolong(helping), kejujuran(honesty), dermawan(generously), serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. 

Lalu bagaimanakah cara mengembangkan emosi prososial pada anak usia dini?

Emosi prososial dianggap menjadi salah satu aspek yang penting dalam proses perkembangan anak usia dini karena dianggap berkontribusi pada nilai moral. Di mana pada anak usia dini merupakan waktu yang tepat untuk seorang individu ditanamkan hal-hal positif yang akan menjadi cikal bakal kepribadian anak yang akan ia bawa hingga tumbuh menjadi orang dewasa. Prososial sendiri bersangkutan erat dengan emosi yang berkaitan dengan empati, yaitu simpati dan tekanan pribadi. 

Apa itu empati?

Empati merupakan kepekaan atau kemampuan seseorang untuk menyadari perasaan orang lain atau kondisi orang lain. Dalam kata lain empati yakni kondisi di mana seorang individu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain meskipun dirinya sendiri belum pernah diposisi yang sama, contohnya seperti seorang anak yang ikut sedih dan menangis saat melihat teman sebayanya menangis ketika terjatuh dari sepeda.

Dan apa itu simpati?

Sedangkan simpati yakni respons yang ditunjukkan seseorang saat ia melihat situasi orang lain yang ia merasa bahwa dirinya pernah berada pada situasi yang sama sehingga ia juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, contohnya seperti menjenguk orang sakit, menolong orang yang kesusahan, mengucapkan dukacita saat ada yang berduka. 

Seorang ahli di bidang berkembangan prososial yakni Nancy Eisenberg mengemukakan 5 tahapan dalam perkembangan perilaku prososial anak yang dapat diterapkan oleh tenaga pendidik dan orang tua untuk mengontrol perkembangan prososial anak-anaknya, diantaranya yakni:

  • Berorientasi pada kepentingan pribadi
  • Berorientasi pada kebutuhan
  • Berorientasi pada penilaian orang lain
  • Pada tahapan yang keempat dibagi menjadi dua yakni tahap munculnya kemampuan reflektik dan empati serta tahapan transisi
  • Berorientasi pada nilai-nilai moral yang telah terinternalisasi dalam diri

Dalam proses perkembangan emosi prososial pada anak usia dini tentunya peran orang tua sangat diperlukan. Apa sajakah perannya?

1. Orang tua sebagai dukungan dan kehangatan bagi anak

Kondisi orang tua yang hangat tentu sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak khususnya dalam kognitif anak. Mengapa bisa demikian? sebab hubungan orang tua yang dekat dengan anaknya akan menjadikan anak merasa bahwa dirinya diterima dan dilindungi. Sebaliknya dengan anak yang memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orang tuanya maka anak akan merasa diacuhkan dan dijauhi. Maka suasana hangat dalam keluarga tentu berpengaruh pada aktivitas sosial anak, termasuk prososial.

2. Kontrol dan pembiasaan disiplin 

Perlu diperhatikan oleh para orang tua, bahwasannya kontrol disiplin tentu diperlukan dalam proses perkembangan anak usia dini guna membentuk kepribadian yang konsisten. Namun banyak orang tua yang masih salah beranggapan bahwa mengontrol anak tanpa memberi kebebasan anak untuk menentukan haknya sendiri lebih baik. 

Padahal nyatanya kontrol yang berlebihan justru membuat anak cenderung sulit untuk diajak kompromi karena dari dini ia tidak diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. Maka sikap pengasuhan demokratis perlu diterapkan kepada anak.

3. Keterlibatan orang tua

Keterlibatan yang dimaksud di sini yakni ketertarikan orang tua untuk mengetahui perkembangan anaknya dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sehingga tumbuh kembang anak dapat berjalan optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun