Pendidikan begitu penting di masa kehidupan manusia, Sebab dengan pendidikanlah baik kemampuan maupun pribadi manusia dapat tumbuh. Manusia pada pembelajarannya hendaklah usaha meningkatka serta mengembangkan, memperlihatkan dan meluruskan tata nilai-nilainya serta hati nuraninya, perasaannya, ide yang mencakup dan kemampuannya. Berdaya dalam meningkatkan kualitas masyarakat berdasakan Undang-Undang No. 20 Pasal 3 tahun 2003 menyebutkan pendidikan merupakan peningkatan sekaligus perkembangan hasil belajar peserta didik, identitas diri serta kualitas pendidik dan tenaga kependidikan.
Pendidikan Islam yaitu usaha yang dilakukan dengan recana dan sistem yang jelas untuk mengembangkan potensi siswa berdasarkan ajaran agama Islam. Tujuan pendidikan Islam ialah untuk mencapai perkembangan yang seimbang dalam diri manusia secara menyeluruh, melalui latihan yang melibatkan jiwa, pikiran, kecerdasan, perasaan, dan indera yang dimiliki.
Stratifikasi sosial adalah konsep yang berarti bahwa di dalam kelompok sosial akan selalu ada pembedaan ataupun pengelompokan secara bertingkat. Misalnya, dalam suatu komunitas, ada strata tinggi, sedang, dan rendah. Pembedaan ini didasarkan pada simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga,baik dari segi sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, maupun aspek lainnya. Contoh simbol-simbol tersebut termasuk kekayaan, pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan jenis pekerjaan. Jadi, selama ada sesuatu yang dianggap penting dalam suatu kelompok sosial, stratifikasi sosial akan selalu ada.
Stratifikasi sosial juga bisa diartikan sebagai pengelompokan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas berdasarkan ciri tertentu. Menurut Max Weber, seorang sosiolog dari Jerman, stratifikasi sosial dibagi menjadi tiga dimensi:ekonomi, sosial, dan politik. Jadi, masyarakat terbagi menjadi kelas (berdasarkan ekonomi), kelompok status (berdasarkan sosial), dan partai (berdasarkan politik). Weber juga menekanka bahwa dimensi ekonomi adalah faktor utama yang memengaruhi dimensi lainnya
Konsep stratifikasi sosial di masyarakat menunjukkan bahwa kita pasti melihat perbedaan antara individu atau kelompok yang membuat beberapa lapisan sosial. Perbedaan ini bisa dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, seperti keturunan,ekonomi, pendidikan, politik, dan agama. Menurut J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, cara paling mudah untuk memahami stratifikasi sosial adalah dengan membandingkan potensi dan apa yang dimiliki oleh satu orang.Â
Penyebab terjadinya stratifikasi sosial dalam lembaga pendidikan islam yaitu:
1. Uuran kekayaan, baik dalam bentuk materi maupun barang, menjadi salah satu ukuran untuk menempatkan kelompok masyarakat dalam berbagai lapisan sosial.Â
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang, Seseorang yang memiliki kekuasaan atau wewenang tertinggi akan berada di lapisan teratas dalam struktur sosial masyarakat.Â
3. Ukuran kehormatan, Kehormatan seseorang bisa diukur secara terpisah dari kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang di junjung tinggi dan disanjung biasanya berada di lapisan atas dalam struktur sosial masyarakat.Â
4. Ukuran ilmu pengetahuan, Ukuran ilmu pengetahuan sering Kali digunakan oleh orang-orang dalam masyarakat yang menghargai pendidikan.Â
Secara umum, klasifikasi stratifikasi sosial dibagi menjadi tiga
1. Kelas Sosial Atas
Kelas atas terdiri dari individu-individu kaya yang mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan mudah, bahkan terkadang secara berlebihan. Kelompok ini mencakup penguasa, tuan tanah, saudagar, pengusaha, konglomerat, kaum borjuis, kapitalis, dan bangsawan. Kelas sosial atas ini merupakan kelompok dengan jumlah paling sedikit dalam masyarakat.
2. Kelas Sosial Menengah
Kelas menengah terdiri dari individu-individu yang dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka. Anggota kelas ini meliputi pegawai negeri, petani, dan pedagang.Â
3. Kelas Sosial Bawah
Kelas bawah adalah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang hidup dalam kekurangan atau kemiskinan, yaitu mereka yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasar.Kelompok ini mencakup rakyat biasa, buruh, dan penganggur.
Dampak stratifikasi sosial, dalam dampak positif ini meliputi motivasi individu, kemampuan bersaing, dan mobilitas sosial. Dan dampak negatif tersebut bisa termasuk eksklusivitas, sikap meremehkan, ego yang tinggi, dan konflik antar kelompok.Â
berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan bahwa:
- Peran Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial.
Pendidikan berfungsi sebagai alat mobilitas sosial. Individu yang mendapatkan pendidikan tinggi cenderung memiliki peluang yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan meningkatkan status sosial mereka. Namun, akses yang tidak merata terhadap pendidikan berkualitas dapat memperkuat stratifikasi yang ada.Misalnya, siswa dari keluarga berpenghasilan rendah sering kali menghadapi kendala dalam mengakses pendidikan yang berkualitas, yang mengakibatkan mereka terjebak dalam siklus kemiskinan. Namun terdapat lembaga yang memastikan akses pendidikan yang merata bagi semua siswa meskipun terdapat stratifikasi sosial, pihak sekolah mempersilahkan siapa saja dapat belajar dan bersekolah di lembaga tersebut, juga tidak membeda-bedakan antara siswa dengan latar belakang ekonomi yang rendah dengan yang tinggi untuk masuk di kelas yang unggulan.
- Dampak Stratifikasi Sosial terhadap Pendidikan
Stratifikasi sosial juga mempengaruhi sistem pendidikan. Sekolah di daerah yang lebih kaya sering kali memiliki sumber daya yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah di daerah miskin, yang dapat menciptakan siklus kemiskinan dan ketidakadilan pendidikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah, yang pada akhirnya mempengaruhi peluang mereka di masa depan. Dampak lain yaitu, pengaruh dari stratifikasi sosial terhadap pembelajaran serta interaksi antar siswa ialah terdapat sedikit banyak ada pengaruhnya, bagi kelas reguler mereka akan merasa kurang percaya diri, merasa minim pengetahuan, kurang pintar sehingga malu untuk bergabung dan berinteraksi dengan kelas yang unggulan. Namun, dengan demikian terdapat pula siswa yang tidak terlalu berpengaruh pada stratifikasi sosial mereka berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memiliki semangat dan kemauan untuk belajar. Siswa-siswa ini sering kali berusaha untuk saling mendukung satu sama lain, menciptakan lingkungan yang positif di dalam kelas. Dengan adanya dukungan dari teman sebaya dan guru, mereka dapat mengatasi rasa minder dan berfokus pada pencapaian akademis. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan suasana belajar yang inklusif, di mana semua siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk berkembang, terlepas dari latar belakang sosial mereka.
- Pandangan Orang Tua dan pendidik tentang Pendidikan dan Stratifikasi
Wawancara dengan orang tua, siswa serta pendidik menunjukkan bahwa banyak yang menyadari adanya ketidakadilan dalam akses pendidikan. Mereka mengungkapkan harapan bahwa pemerintah akan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah kurang beruntung untuk mengurangi kesenjangan sosial. Selain itu, banyak pendidik yang berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, meskipunmereka sering kali terbatas oleh sumber daya yang ada. Menilik dari kehidupan nyata yang terjadi di sekitar, terdapat layar belakang ekonomi kurang beruntung dan juga terdapat yang berlebih, keduanya dapat berprestasi apabila ada kemauan untuk belajar dan tetap semangat. Terdapat pula orang tua yang terus memberikan semangat kepada anaknya meski terdapat stratifikasi sosial dalam masyarakat, salah satu orang tua mengatakan pada anaknya "Man Jadda Wajadda, semakin bagus, kuat dan semangat maka usaha tidak akan mengkhianati hasil." Meskipun tergolong sebagai keluarga dengan ekonomi yang berbeda tetapi jika berusaha sebaik mungkin, besar kemungkinan pasti akan memiliki suatu prestasi yang akan diraih.Â
Jadi stratifikasi dalam pendidikan  saling terkait dalam membentuk struktur masyarakat. Pendidikan dapat menjadi alat untuk meningkatkan mobilitas sosial, tetapi juga dapat memperkuat stratifikasi yang ada jika akses terhadap pendidikan tidak merata. Hasil wawancara dengan orang tua, siswa, dan pendidik menunjukkan adanya kesadaran mengenai ketidakadilan dalam sistem pendidikan, serta harapan akan perbaikan dari pemerintah. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, keinginan untuk belajar dan dukungan dari orang tua dapat menjadi kunci bagi siswa untuk mencapai prestasi, tanpa memandang latar belakang ekonomi mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat dan pembuat kebijakan untuk membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan adil, sehingga setiap individu memiliki peluang yang sama untuk sukses, tanpa terpengaruh oleh stratifikasi sosial yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H