Mohon tunggu...
Ella Yusuf
Ella Yusuf Mohon Tunggu... Administrasi - ❤️

The one engaged in remembering God is truly alive. By contrast, the one who disregards his Lord is like a corpse. (B/M)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Narasi dari Ibu

22 Desember 2018   14:31 Diperbarui: 4 Januari 2019   14:34 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia tertidur dengan mulut terbuka. Kuusap lebam-lebam di kakinya dan kutemukan banyak titik merah menggerombol di sana. Kuingat pula bahwa bintik-bintik ini juga ada di seluruh punggung dan perut. Mataku kembali panas.Selaput matanya terlihat bengkak dan bulir-bulir air mulai melesat jadi aliran keringat yang mengalir ke arah telinga. Ia terlihat sangat lelah. Wajar, mengingat kerasnya perjuangan anak ini melawan dua perawat yang ingin memasangkan infus tadi.

Aku dan ibuku sudah berdiri dua jam di sisi tempat tidur, tak ada bangku, tak ada tempat menaruh barang, kaki kami mulai sakit tapi sepertinya kami memang sedang tak ingin duduk sekarang.

Hanya ada 9 tempat tidur yang terisi penuh anak-anak sakit keras dengan orangtua bermata lelah yang menemani mereka. Sudah berjam-jam tapi kami belum mendapat kejelasan dari dokter UGD untuk mengurus apa pun.

"Dokter jaganya sedang jenguk kamar bu, nanti begitu datang akan langsung diurus adeknya" itu penjelasan suster yang kudengar ketika orangtua lain yang lebih berani bertanya pada dua perawat di meja mereka.

Tak banyak obrolan yang kubuat dengan ibuku. Kami sibuk dengan benak masing-masing.

"Sebentar lagi maghrib, kamu cari musholla gih biar Adnan sama mama..." ujar ibuku memecah keheningan.

"Iya... nanti nunggu Abang dateng."

Kulayangkan pandangan ke sekeliling ruangan. Tepat di samping tempat tidur anakku, ada anak kecil berkerudung tengah mengobrol dengan ibunya. Beratnya hanya 7 kilo, padahal ia seumur Adnan, 2 tahun. Malnutrisi katanya. Tulang tangannya terlihat panjang dan bisa kulihat kulitnya berkerut seperti lansia dan agak terkelupas.

Di seberang dekat pintu masuk, ada anak umur 6 tahun yang tengah merintih kesakitan. Kudengar sepintasan, ia dilarikan karena konstepasi akut. Ia butuh operasi, tapi masih menunggu tanda tangan dokter di sini.

Di sampingnya ada bayi, masih sangat kecil. Mungkin belum ada sebulan ia lahir, karena kulihat ibunya masih berjalan dengan cara yang aneh. Cara yang sama ketika aku baru melahirkan Adnan, agak pincang dan bungkuk karena sakit bekas jahitan.

Ada satu anak yang lebih besar di sampingnya. Entah apa penyakitnya, tapi yang jelas pasti cukup parah sehingga perlu dirujuk ke rumah sakit seramai ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun