Mohon tunggu...
Ella Yusuf
Ella Yusuf Mohon Tunggu... Administrasi - ❤️

The one engaged in remembering God is truly alive. By contrast, the one who disregards his Lord is like a corpse. (B/M)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Maulana

20 November 2018   11:00 Diperbarui: 22 November 2018   06:20 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini adalah malam ketika bulan ingin mendekat ke bumi dan memberikan cahaya terbaiknya
Malam yang anginnya berembus manis, mendesirkan pasir halus yang juga tengah bergembira
Malam ketika tanah menolak adanya berhala beridiri tegak di atas mereka
Malam ketika pepohonan, hewan, langit, gunung
Semesta alam bersenandung mengagungkan nama Penciptanya
Memanjatkan syukur...
Atas kelahiranmu yaa Rasulullah
Rahmat terbesar selanjutnya setelah Tuhan kami ampuni Nabi Adam atas kesalahannya
Setelah Tuhan kami selamatkan Nabi Nuh dari bah yang menenggelamkan anak dan istrinya
Setelah Tuhan kami belah lautan untuk Nabi Musa dan umatnya
Setelah Tuhan kami Angkat Nabi Isa ke surga-Nya
Setelah Tuhan kami rahmati Nabi Ibrahim dengan kehadiran Nabi Ismail
Nabi Zakariya dengan kehadiran Nabi Yahya...
Ia hadiahkan engkau untuk kami yaa Rasulullah...

***
Bajunya basah. Peluhnya melesat keluar dari punggung dan dahinya. Kepala Bilal terasa ringan seolah ia baru saja diguyur air dingin. Meski udara menusuk hingga ke tulang, ia bisa merasakan air hangat jatuh berderai dari matanya.

Diingatnya apa yang ia alami barusan. Masih bisa ia rasakan pelukan sosok yang hingga kini selalu membuat bibirnya kering tiap kali ia sebutkan namanya usai bersujud.

Orang itu akan menunggunya... ulang Bilal.

Ia berjanji akan menunggunya dan saudara-saudarinya yang lain. Ia akan menunggu di depan pintu Surga dan tak akan masuk kecuali kami telah lengkap. Mereka akan melangkah bersama, dalam satu rombongan besar untuk menemui Sang Maha Pemenuh Janji dan bersujud menganggungkan nama-Nya bersama.

Seketika dada Bilal sesak. Ia tak kuasa menahan sedu sedannya. Bilal dihantam kerinduan. Ia rindu serindu-rindunya...

Di tengah derai air mata, Ia angkat tangannya, ia tangkupkan keduanya di dekat wajah. Dengan suara serak, Bilal lantunkan doa pada Tuhannya yang Maha Pengasih.

"Engkau Maha Mendengar, Engkau Maha Melihat, Engkau selalu menyaksikan, Engkau mengetahui atas tiap detik yang terjadi pada makhlukmu karena Kau memberikan izin-Mu atasnya, duhai cinta Sejatiku...

Karena Engkau adalah Maha Pemurah, sungguh, dengarkanlah permohonanku ini...
Sampaikan suaraku pada seseorang yang atas izinmu hadir di mimpiku...
Sampaikan rinduku,
Sampaikan salamku,
Cintaku
Untuk ia yang rindu padaku, meski belum pernah bertemu denganku
Untuk ia yang menungguku di pintu surga-Mu, meski ia tahu bahwa aku jauh dari ke muliaannya
Untuk ia yang menangisiku dan berdoa untukku di penghujung waktunya
Sampaikan Tuhanku,
Sampaikan bahwa aku dan saudara-saudariku bersyahadah pada-Mu dan dirinya dan bertekad menjaganya hingga hari akhir tiba.
Dan bahwa aku dan saudara-saudariku menantikan hari ketika kami berkumpul bersamanya...
dan menemui-Mu...

Allahumma sholli alaa sayyidinaa Muhammad
Waa alaa aali sayyidinnaa Muhammad..."

Sesuai janji Tuhannya melalu Rasulullah, diangkat derajat Bilal 10 tingkat, dicatatkan untuknya 10 kebaikan sehingga ia mendapat 10 pahala. Dengan Rahmat Tuhannya, ia mendekat 10 langkah menuju sosok yang ia rindukan.

Setelah puas dengan doanya, Bilal bangun dari tempat tidurnya. Ia langkahkan kakinya menuju lapangan ujung barak, tempat ia dan pasukannya akan berkumpul untuk bersujud pada Tuhan mereka dan memulai serangan pagi ini. Dadanya dipenuhi dengan keberanian karena mimpinya pagi ini.

Ya, mimpi bersama orang yang ia rindukan muncul tepat  sebelum mereka berangkat untuk merebut kembali tanah mereka. Tanah tempat Istana megah Nabi Sulaiman pernah beridiri, tanah dimana nabi Ibrahim berhijrah, tanah yang juga menjadi tujuan Rasulnya, Muhammad SAW diperjalankan oleh Tuhannya. Tanah suci yang menjadi rumahnya dan hendak ia rebut kembali. 

Cerita Sebelumnya
Uqail
Summayyah

***

Nama tokoh terinspirasi dari sosok Bilal Bin Rabbah, mantan budak kulit hitam yang menjadi muadzin kesayangan Rasulullah. Bilal adalah muadzin melakukan panggilan sholat untuk penduduk Madinah tiap kali Rasulullah SAW hendak mengimami mereka sholat. Namun sejak wafatnya Rasulullah, ia Radiallahu anhu, tak mampu lagi mengumandangkan adzan. Hingga akhir hayat. Ini karena tangisnya selalu pecah tiap kali ia menyebut "Ashadu anna Muhammadarasulullah..." lalu ia akan larut dalam kesedihan hingga tak sanggup menghentikan tangisnya.
Kalau lah ada umat Rasulullah yang paling mampu menggambarkan kesedihan dan kerinduannya pada Rasulullah, maka Bilal bin Rabbah ra. lah orangnya... 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun