Sudah lebih dari satu bulan, seluruh kegiatan sekolah harus ditiadakan demi mencegah penyebaran Covid-19. Dan nampaknya kegiatan home learning akan terus diperpanjang hingga waktu yang tak dapat ditentukan. Sebagai pelaku pendidikan, tentunya hal ini adalah sebuah tantangan untuk dapat terus memberikan pelayanan terbaik di tengah pandemi.
Namun, seberapa efektifkah Home Learning sejauh ini?
 Inilah beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Indonesia dalam memberlakukan kebijakan belajar dari rumah.
1. Buruknya Akses Internet
Mungkin belajar dari rumah tidak menjadi masalah besar di daerah Ibukota. Bagaimana dengan kota-kota kecil dengan jaringan internet yang buruk dan tidak stabil?
Jangankan mengadakan pertemuan daring, untuk sekedar memberikan tugas pun pasti sulitnya bukan main.
Sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, "Memang tidak semua daerah punya akses smartphone ataupun koneksi internet yang baik. Jadi ini merupakan suatu hal yang menantang. Tetapi kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kerja sama ke depan memastikan sekolah bisa menyelenggarakan pembelajaran daring."
2. Keterbatasan Ekonomi
Pendidikan berbasis teknologi belum dapat sepenuhnya berjalan dengan optimal karena tidak semua murid memiliki laptop/smartphone untuk mengakses pembelajaran daring ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Slameto, Guru Besar Universitas Presiden, ada sekitar 63% guru yang memanfaatkan smartphone untuk berkomunikasi dan berbagi materi pembelajaran baik itu lewat Whatsapp, video call, maupun Youtube. Sementara lainnya, sebanyak 37% guru tidak dapat memberikan pengajaran melalui handphone. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak memilikinya.
Klik link berikut untuk mengetahui lebih lanjut.
3. Keterbatasan Guru
Â
4. Peran Pemerintah
Â
Namun, itu saja tidak cukup. Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah saat pertama kali virus ini melanda Indonesia dinilai kurang tepat. Bahkan terkesan meremehkan, tidak ada tindakan serius untuk pembatasan sosial.Â
Semua hanya bersifat persuasif. Tidak ada sanksi tegas untuk warga yang melanggar. Jika ini terus dibiarkan, maka jumlah pasien positif Covid-19 akan semakin bertambah banyak. Dan hal ini, tidak hanya berdampak pada kegiatan pendidikan saja. Tapi semua aspek, baik politik, sosial, ekonomi.Â
Tidak akan terhitung lagi berapa jumlah orang yang terkena gelombang PHK. Tidak terhitung lagi jumlah anak yang akan kehilangan kesempatannya untuk belajar.
5. Kualitas Lulusan
Â
Di tengah pandemi seperti ini, kualitas lulusan akan terdampak. Dan bisa jadi sedikit lebih rendah daripada angkatan sebelumnya. Lalu apabila masalah corona bisa teratasi apakah siswa-siswi yang belajar dalam bayang-bayang Virus Corona ini akan mendapatkan skill yang cukup untuk kehidupannya kelak? Tentunya ada banyak life skill yang terlewatkan, namun apa boleh buat. Wabah ini bukan kehendak kita semua. Semoga cepat berlalu.
Namun, bagaimanapun juga pendidik adalah pembawa perubahan. Tidak peduli apapun tantangannya, disitulah jiwa pendidik kita akan muncul untuk terus berinovasi dalam segala keterbatasan. Hanya dengan satu sentuhan kreativitas seorang guru, satu generasi dapat terselamatkan.Â
Tetap semangat untuk para guru di seluruh Indonesia.Â
Selamat hari pendidikan nasional!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H