Luqman menatap cangkir kopi di tangannya. Ia mulai meresapi kata-kata Bu Amina. Betapa sering ia mengeluh dan merasa terbebani oleh rutinitas sehari-hari. Ia lupa bahwa dalam setiap langkah dan setiap proses, ada hikmah yang bisa dipetik. Bu Amina selalu mengingatkannya untuk tidak terburu-buru, untuk tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi menikmati perjalanan yang ia tempuh.
"Bu Amina, kadang saya merasa capek sekali. Rasanya, waktu begitu cepat berlalu dan saya selalu berusaha mengejar segala hal tanpa sempat merasakannya," kata luqman dengan nada yang lebih pelan.
Bu Amina mengangguk pelan. "Saya paham, Nak. Tapi ingat, kita tidak bisa menghentikan waktu. Yang bisa kita lakukan adalah memilih bagaimana kita menjalani waktu itu. Hidup ini bukan tentang cepat atau lambat, tapi tentang bagaimana kita menikmati setiap detiknya dengan penuh makna."
Luqman pun terdiam, mendengarkan kata-kata Bu Amina dengan serius. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu terfokus pada pencapaian. Ia mengejar nilai, tugas, dan cita-cita tanpa benar-benar menikmati momen-momen kecil yang hadir di sekitarnya. Seperti kopi yang diseduh, hidup membutuhkan waktu dan kesabaran agar bisa dinikmati dengan penuh rasa syukur.
Bu Amina pun melanjutkan, "Sama seperti saat kamu meminum kopi ini. Mungkin pertama kali terasa pahit, tapi seiring waktu, kamu akan merasakan kehangatannya. Begitu juga dengan hidup. Tidak semua hal yang datang itu mudah atau manis. Terkadang, ada pahit, ada asam, tapi justru di situ kamu akan belajar banyak hal."
Luqman menatap kopi yang ada di tangannya. Ia mulai merasa lebih tenang. Mungkin selama ini ia terlalu terburu-buru mengejar tujuan, tanpa memberi waktu untuk menikmati proses yang sedang dilalui. Seperti halnya kopi yang membutuhkan waktu untuk menjadi nikmat, hidup pun membutuhkan waktu untuk bisa dipahami dengan benar.
"Apa yang harus saya lakukan, Bu?" tanya luqman , seakan mencari petunjuk.
"Cobalah untuk lebih sabar dan bersyukur dalam setiap langkahmu. Jangan terburu-buru mencapai tujuan, karena tujuan itu tidak akan pernah berhenti. Yang lebih penting adalah bagaimana kamu menjalani setiap momen dengan penuh rasa syukur dan sabar. Setiap detik yang kamu jalani itu berharga, Nak Luqman. Nikmati perjalananmu."
Luqman pun mengangguk, merasa sedikit lebih ringan. Ia kembali memandangi cangkir kopinya. Setiap tegukan kali ini terasa lebih nikmat, lebih penuh makna. Ia menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan pembelajaran. Seperti kopi yang diseduh dengan sabar, hidup pun harus dijalani dengan penuh ketekunan dan keikhlasan.
Saat ia selesai menyesap kopi terakhirnya, Luqman berdiri dan mengucapkan terima kasih padaBu Amina. "Terima kasih, Bu. Saya merasa lebih tenang sekarang."
Bu Amina pun tersenyum, senyum yang penuh makna. "Jangan lupa,Nak Luqman. Seperti kopi ini, kamu juga harus sabar dalam menjalani hidup. Nikmati setiap tegukan, nikmati setiap langkah. Karena setiap langkah itu berharga."