Tradisi bermaafan tahun-tahun lalu sebelum covid bertamu, kami selalu berkumpul dengan keluarga suami karena tinggalnya berdekatan setelah itu kami menemui keluarga saya di Bandung. Berkumpul dengan keluarga saya.Â
Tradisi ini kami lakukan setiap tahun, hanya sayang untuk tahun ini kami tidak bisa melakukan hal tersebut karena kondisi yang memaksa kami untuk seperti ini. Tidak mudik tetap tinggal di rumah. Tidak tahu sampai kapan kondisi ini akan kami alami.
Dengan kondisi seperti ini kami mohon maaf kepada orang tua yang tinggal satu-satunya, bapak
Pa abdi, pun lanceuk, pala putra neda dihapunten samudaya kalepatan, di luhur sausap rambut ti handap sausap dampal...
Kami hanya punya asa, asa yang tidak putus-putusnya untuk segera keluar dari situasi ini dengan doa, doa yang tidak henti-hentinya kami panjatkan kepada Allah Sang Pemilik Hidup.
Doa yang terbaik untuk seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia di dunia, maafkan kami ya Allah kami banyak kesalahan dalam menjalani hidup, tidak mengikuti perintahmu sehingga Kau datangkan ujian ini. Aamiin...
Insyaallah kami akan tetap kuat dan semangat, berbekal ikhlas dan sabar, mudah-mudahan  kondisi ini segera ambyar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H