Mohon tunggu...
Nurlaeli Mutamariah
Nurlaeli Mutamariah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Karawang Barat

Penulis pemula, ingin mencoba dan mencoba sesuatu yang baru...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siasati Kalap Belanja Makanan pada Bulan Ramadan

2 Mei 2020   10:45 Diperbarui: 2 Mei 2020   11:03 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja di Supermarket (Sumber: youtube HanDini Art)

Berbelanja merupakan kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, ataupun memenuhi kebutuhan lainnya yang bersifat kemewahan. Mereka berbelanja sesuai dana yang tersedia dan tergantung kebutuhannya. Siapa pun orangnya, apa pun profesinya dipastikan pernah berbelanja karena mereka punya kebutuhan.

Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok manusia untuk menjalankan kehidupannya yaitu pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan akan pangan ini sering dipenuhi oleh ibu rumah tangga yang berperan mengatur menu- menu makanan yang dibutuhkan keluarga.

Berbelanja kebutuhan primer, terutama berbelanja bahan pangan (bahan pokok) ini sering dilakukan ibu-ibu rumah tangga yang bertugas sebagai pengelola keuangan sekaligus pengatur menu makanan keluarga sehari-hari. Mereka hampir setiap hari berbelanja makanan karena manusia butuh makan setiap hari. Gaya mereka berbelanja berbeda-beda, tergantung ketersediaan dana, karakter, dan gaya hidup mereka.

Agama Islam adalah agama yang sangat sempurna, Al Quran memberikan tuntunan dan petunjuk agar umatnya bersikap sederhana dan tidak boros dalam menafkahkan hartanya. Seperti firman Allah SWT:

"Dan makan dan minumlah kalian, tapi janganlah kalian berlebih-lebihan. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 31).

 "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan." (QS. Al Isro': 26-27).

Bagi ibu-ibu yang dananya berlebih, mereka tidak  bingung menghadapi kegiatan belanja ini, berbeda dengan ibu-ibu yang dananya  pas-pasan atau mengkin kurang. Mereka harus pandai mengalokasikan dananya apalagi pada musim Ramadan yang harga bahan pangan selalu fluktuatif ditambah keadaan darurat wabah corona ini.

Mereka yang dananya berlebih, yang tidak dapat mengekang hasratnya yang tinggi untuk berbelanja, wow ... apalagi saat Ramadan dan darurat wabah ini, mereka berbelanja seperti mau pergi ke mana, seperti menghadapi kelaparan yang berkepanjangan. Bahan pangan pokok, makanan yang kurang diperlukan, mereka beli dalam jumlah yang banyak.

Fenomena tersebut sering terlihat saat menjelang hari-hari istimewa. Seperti saat ini menjelang lebaran Idulfitri di tengah wabah corona. Pada saat beberapa kebutuhan pokok menghilang kalaupun ada harganya sudah bukan harga damai lagi.

Kita, seorang perempuan sebagai pengelola keuangan keluarga, wahai ibu-ibu, tentu harus bisa menyiasati agar kita tidak berbelanja kalap seperti itu. Apa siasat atau strategi yang harus kita pakai, menghadapi kalap belanja makanan itu? Ibu-ibu yang dananya berlebih ataupun ibu-ibu yang pas-pasan atau kurang dananya sama saja harus bijak berbelanja makanan.

Ketika bulan Ramadan, yang melaksanakan saum ada saat-saat kita lapar, nah untuk itu belanjalah pada pagi hari ataupun setelah buka. Ini waktu yang tepat untuk berbelanja makanan ataupun bahan pangan. Belanja saat kita tidak lapar agar kita tidak lapar mata, apa yang terlihat dibeli padahal barang tersebut tidak kita butuhkan.

Di mana kita berbelanja yang paling tepat? Berbelanjalah di pasar-pasar tradisional ataupun di warung-warung tetangga kita. Jangan berbelanja di pasar swalayan ataupun supermarket dan sebagainya. Kedua pasar tersebut berbeda situasi. 

Di pasar swalayan barang-barang yang kita beli, tinggal diambil-diambil tanpa sadar jumlahnya sudah menggunung. Berbeda dengan di pasar tradisional, kita bertanya dulu, baru barangnya diambil dan bayar. Harga barang-barangnya pun berbeda. Pasar swalayan lebih mahal daripada pasar tradisional.

Sebelum berangkat ke pasar, kita wajib menuliskan daftar belanjaan yang akan dibeli dan mencoba mengkalkulasikan untuk dana yang akan dibawa belanja. Ini penting agar kita tidak tergoda untuk membeli yang lain yang tidak diperlukan saat itu. Untuk ibu-ibu yang tidak muda lagi seperti saya, bawalah daftar belanjaan tersebut dengan menuliskannya di kertas supaya tidak lupa.

Di daftar belanjaan itu, kita tulis prioritas makanan yang penting untuk dibeli dan dibutuhkan saat kita berbelanja. Betul-betul kita pilah-pilah. Mana yang akan dibeli dan mana yang tidak diperlukan. Di sini kita harus bijak mengendalikan hasrat belanja kita.

Setelah kita menuliskan daftar belanjaan dan dikalkulasikan, bawalah dana sesuai dengan daftar tersebut dan dana lebih untuk kepentingan parkir dan kalau ada yang meminta sedekah. Itu perlu juga kita siapkan. Berbelanja sambil bersedekah.

Boleh juga berbelanja online kalau dirasa lebih praktis, lebih murah, kita tidak perlu keluar rumah. Tentu yang dibeli barang-barang di online adalah barang-barang yang tahan lama.

Karena ibu-ibu yang bekerja, saat ini WFH, belanjalah bahan makanan yang akan kita olah sendiri di rumah, tidak beli masakan jadi. Ada baiknya sebelum belanja siapkan dulu menu yang akan kita buat untuk dua atau tiga hari ke depan agar tidak setiap hari kita belanja.

Nah ibu-ibu selamat berbelanja. Hindari kalap berbelanja. Bijaklah mempergunakan dana yang ada, dan jangan lupa tetap bersedekah. Belanja sambil bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun