Nah dengan diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah kita itu harus melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, di antaranya menulis. Menulis adalah kegiatan positif yang mencurahkan ide-ide atau pendapat kita dalam bentuk tulisan bisa teks, poster, dsb.
Menulis akan menjadi kegiatan yang negatif apabila isi tulisan kita berisi berita bohong atau hoax. Miris sekali kan apabila menulis berita bohong kemudian sekali klik berita  itu menyebar ke mana-mana. Kemudian yang menerima berita itu menjadi galau ataupun cemas bahkan menjadi panik.
Kalau yang menerima berita itu sudah punya filter kemudian tidak disebarkan lagi. Ini yang menerima berita itu kemudian meneruskan berita itu ke mana-mana. Berapa kebohongan yang kita sebar? Berdosakah kita? Jelas itu dosa.
Membuat dan menyebarkan berita hoax di saat genting seperti ini, bukankah itu mengeruhkan suasana? Atau menari di atas penderitaan orang lain? Jawabannya pasti. Selain menulis dan menyebarkan hoax ada beberapa prilaku manusia yang termasuk mengeruhkan suasana juga sehingga pemerintah plus rakyat Indonesia menjadi mengusap dada.
Di antaranya banyak warga yang menolak pemakaman jenazah yang terinfeksi covid 19. Mau dikuburkan di mana mereka? Apalagi menyimak berita warga menolak perawat yang akan dimakamkan di kampung halamannya. Sedih sekali.
Di samping itu berita yang menggemparkan yaitu napi yang dibebaskan berbuat ulah lagi di luar sana sehingga berurusan lagi dengan hukum. Belum lagi barang-barang yang tiba-tiba menghilang dari pasaran, padahal barang-barang tersebut sangat dibutuhkan oleh kita. Ada ya orang seperti itu. Memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan.
Cobalah bayangkan bila jenazah yang ditolak warga itu keluarga kita, bapak, ibu, suami, istri, anak-anak kita. Betapa pedih hati ini. Bayangkan pula kita sedang panik tiba-tiba menerima suatu kabar yang membuat kita lebih panik lagi. Kabar bohong. Bayangkan pula kita mau keluar mencari nafkah untuk makan keluarga tiba-tiba tidak ada masker, mau beli harganya membumbung tinggi. Akankah kita menjerit??
Berhentilah menzalimi orang. Cobalah berempati pada orang lain. Bayangkan orang-orang terdampak virus ini. Banyak orang yang menjerit, tidak ada uang untuk makan sehari-hari. Tidak bisa pulang ke rumah keluarga. Tidak libur bekerja, seperti tim medis di rumah sakit, di puskesmas, di klinik-klinik. Ada yang keluarganya sakit, mau tidak mau harus dirawat di rumah sakit, sehingga keluarganya harus bolak-balik ke rumag sakit, begitu menderita. Ada yang sakit gejalanya seperti terpapar covid 19. Berangkat berobat, orang-orang pada curiga, terpapar virus korona. Sedih sekali.
Mari kita bantu pemerintah, apa yang kita bisa di saat genting seperti ini. Kita bersatu, jangan saling hujat, saling menyalahkan. Berpikirlah positif. Segala sesuatu harus disyukuri. Tetap jaga diri, jaga keluarga. Dan jangan lupa memohon perlindungan kepada Allah SWT dan kita mohon ampun kepada Sang Khalik, dan kita berharap semoga badai ini pasti berlalu.
Akhirnya saya kutip imbauan Jabar Saber Hoaxs: Dalam era komunikasi digital saat ini, mohon para warginet agar selalu berhati-hati alias tidak asal menulis atau memposting sesuatu yang tidak bermanfaat bagi khalayak. Selain bisa berurusan dengan pihak yang berwajib postingan yang tidak berfaedah dapat memicu keresahan dan meretakan persatuan.