Mohon tunggu...
Nurlaela Syifa
Nurlaela Syifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Lebih Jauh tentang Profesi "Criminal Profiler" Lewat Drama Korea Through the Darkness: Berdasarkan Kisah Nyata

15 Juni 2022   20:27 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:38 8691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Through the darkness adalah sebuah drama korea yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Drama ini diadaptasi dari autobiografi seorang profiler criminal pertama di Korea Selatan, Kwon Il Yong. Drama yang tayang pada 14 Januari 2022 lalu dengan jumlah episode sebanyak 12 episode ini memperoleh perolehan rating yang cukup tinggi hingga 7%.

Drama ini menceritakan tentang kisah seorang profiler pertama di Korea Selatan pada Tahun 1990-an yang dibintangi oleh aktor ternama Kim Nam Gil.

Pada saat itu, di Korea Selatan terjadi serangkaian kasus pembunuhan misterius yang meneror warga. Kasus itu dikenal dengan kasus 'Red Hat' dikarenakan sang pelaku selalu memakai topi berwarana merah saat melakukan aksinya tersebut. Sosok misterius 'Red Hat' ini diduga telah melakukan penguntitan, teror dan juga pembunuhan terhadap para korbannya yang mayoritas adalah wanita.

Suatu saat setelah mendengar tentang cara para polisi di Amerika menggunakan metode profiler kriminal untuk membuat profil pembunuh dalam sebuah kasus, Kepala Tim Analisis Perilaku Kriminal, Gook Young Soo (Jin Seon Kyu) berpikir bahwa dengan menggunakan metode baru ini, polisi mungkin memiliki peluang untuk mengidentifikasi siapa sosok 'Red Hat' dan menghentikan kasus pembunuhan tersebut.

Ia kemudian merekrut Song Ha Young (Kim Nam Gil) yang merupakan seorang anggota polisi untuk menjadi profiler pertama di Korea Selatan dan mengenalkan metode baru kepada para polisi lainnya agar bisa segera mengakhiri serangkaian pembunuhan yang dilakukan oleh 'Red Hat'.

Gook Young Soo berpikir bahwa dengan menggunakan metode baru ini, polisi mungkin memiliki peluang untuk mengidentifikasi siapa pembunuh atas kasus-kasus mengerikan yang terjadi itu.

(sumber : Viu)
(sumber : Viu)

Kasus-kasus kriminal yang diceritakan dalam drama ini sendiri diangkat berdasarkaan kisah nyata yang pernah terjadi di Korea Selatan. Salah satu contohnya adalah kasus pembunuhan berantai yang terjadi pada tahun 2004 yang dilakukan oleh Yoo Young Chul. Kasus pembunuhan berantai ini sempat mengegerkan masyarakat Korea Selatan pada saat itu. Yoo Young Chul diketahui telah membunuh sebanyak 20 orang hanya dalam kurun waktu 11 bulan saja. Sebagian besar korbannya adalah wanita yang bekerja sebagai pemijat atau pelayan bar.

Yoo Young-chul disebut memiliki kebencian terhadap perempuan dan orang-orang kaya. Ia juga diketahui memiliki kondisi mental yang tidak stabil. Kasus Yoo Young Chul ini juga dikenal dengan sebutan Raincoat Killer karena jas hujan yang dikenakannya. Kisah yoo young chul ini juga sempat dijadikan film dokumenter oleh Netflix Korea dengan judul The Raincoat Killer : Chasing a predator in Korea.

Lalu Sebenarnya Apa Itu Profiler?

 

(sumber : Prezi)
(sumber : Prezi)

Criminal Profiling atau profil perilaku kejahatan adalah strategi investigasi yang digunakan oleh lembaga penegak hukum untuk mengidentifikasi tersangka dan digunakan oleh penyelidik untuk menghubungkan kasus-kasus yang mungkin dilakukan oleh penjahat yang sama. Tujuan utama pembuatan profil ini adalah untuk mempersempit kemungkinan tersangka perilaku kejahatan.

Proses dari criminal profiling ini tidak hanya sekedar mengumpulkan fakta dan data untuk menemukan tersangka kriminal, tetapi juga menganalisis perspektif dan tindakan mereka untuk mencegah perilaku kejahatan yang serupa sehingga tidak terjadi kembali di masa depan. Criminal profiling adalah kombinasi dari ilmu psikologi dan ilmu hukum.

Bidang ilmu criminal profiling ini adalah bagian dari Psikologi Forensik, yang merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut pandang kejiwaan si pelaku kriminal. Cara kerjanya sendiri dinamakan teknik profiling, sedangkan profesinya disebut sebagai Profiler. Untuk menjadi seorang criminal profiler, gelar yang dibutuhkan adalah sarjana psikologi.

Penggunaan criminal profiler pertama kali dilakukan oleh Dr. Thomas Bond pada tahun 1880-an yang melakukan otopsi pada salah satu korban pembunuhan berantai "Jack the Ripper". Setelah melakukan otopsi, Thomas merekonstruksi TKP (tempat kerjadian perkara) untuk menafsirkan perilaku dan kepribadian si pembunuh. Dia juga kemudian mempelajari korban perempuan lainnya yang dimutilasi dan menyimpulkan bahwa mereka semua telah dibunuh oleh orang yang sama.

Kasus besar lainnya yang diinvestigasikan kepada criminal profiler adalah menganalisis perilaku dan psikologis seorang kanselir Jerman, Adolf Hitler.

Dalam investigasinya, profiler akan menganalisis emosi, perilaku, kepribadian, keadaan mental hingga ketertarikan dari para pelaku. Profiler akan menelaah sebuah tindakan kejahatan dari sudut pandang sang pelaku kejahatan itu sendiri.

Dengan mengacu dari sudut pandang pelaku kejahatan ini, maka akan menuntun profiler pada alasan kenapa kejahatan tersebut dilakukan dan siapa yang berpotensi untuk melakukannya. Untuk mengetahui informasi ini, maka seorang profiler harus mengumpulkan banyak data dengan cara bertemu langsung dengan berbagai tersangka kejahatan dan melakukan wawancara intensif agar mendapatkan gambaran yang akurat tentang bagaimana mereka melakukan kejahatan tersebut.

Criminal profiler juga dikenal sebagai analis investigasi kriminal. Profiler akan mengumpulkan dan membandingkan data dari kejahatan dan pelanggaran serupa untuk membuat profil tersangka. Mereka membentuk dugaan logis berdasarkan laporan saksi, kesaksian korban dan bukti TKP (tempat kejadian perkara).

Di Indonesia sendiri, profesi criminal profiler ini masih belum banyak dikenal. Tetapi dalam beberapa kasus kriminal yang terjadi, pendapat psikolog digunakan. Contohnya dalam menganalisis kasus mutilasi Ryan pada tahun 2008 dan kasus pembunuhan Ade Sara pada tahun 2014.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun