Â
                              Â
Kesenjangan ekonomi adalah masalah global yang telah mengakar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Fenomena ini mencerminkan ketimpangan distribusi pendapatan, kekayaan, dan akses terhadap sumber daya penting seperti pendidikan, kesehatan, serta pekerjaan. Di tengah perkembangan ekonomi yang pesat, terutama di negara-negara berkembang, masalah ini semakin nyata dengan dampak luas pada struktur sosial dan stabilitas masyarakat.
Salah satu aspek mendasar dari kesenjangan ekonomi adalah bagaimana ketimpangan ini membagi masyarakat menjadi dua kelas besar: kelas atas dengan akses luas terhadap sumber daya, dan kelas bawah yang hidup dalam keterbatasan. Di Indonesia, realitas ini tampak jelas. Meski pertumbuhan ekonomi signifikan tercatat dalam beberapa dekade terakhir, ketimpangan antara kelompok kaya dan miskin masih menjadi isu serius. Ketimpangan ini diukur melalui koefisien gini yang menunjukkan adanya jurang yang besar dalam distribusi pendapatan dan akses terhadap layanan dasar.
Namun, apa yang menyebabkan kesenjangan ekonomi menjadi begitu sulit untuk diatasi? Berbagai faktor berkontribusi terhadap masalah ini. Secara struktural, distribusi sumber daya yang tidak merata, baik dalam bentuk pekerjaan, pendidikan, maupun layanan kesehatan, memainkan peran besar. Banyak keluarga miskin yang terjebak dalam siklus ketidakberdayaan karena tidak mampu mengakses pendidikan berkualitas, yang merupakan kunci mobilitas sosial. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali harus putus sekolah akibat hambatan finansial, sehingga peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan layak semakin kecil.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah sering kali memperburuk keadaan. Kebijakan yang terlalu condong kepada kepentingan korporasi atau kelompok tertentu dapat menciptakan ketimpangan yang lebih besar. Hal ini terlihat dari bagaimana segelintir kelompok masyarakat menikmati kekayaan yang melimpah, sementara sebagian besar lainnya berjuang memenuhi kebutuhan dasar. Akibatnya, jurang pemisah antara kelas sosial semakin melebar, memicu ketidakadilan yang mencederai solidaritas sosial.
Selain itu, kesenjangan ekonomi juga tercermin dalam akses terhadap layanan kesehatan. Di banyak daerah, terutama di pedesaan atau kawasan kumuh perkotaan, fasilitas kesehatan yang memadai sering kali sulit dijangkau oleh masyarakat miskin. Sementara itu, kelompok masyarakat kaya dengan mudah mendapatkan layanan medis terbaik, yang membantu mereka mempertahankan produktivitas dan kualitas hidup. Kondisi ini menempatkan kelompok miskin dalam posisi yang semakin rentan, terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan kesehatan yang buruk.
Ketimpangan ini tidak hanya berdampak pada individu atau keluarga, tetapi juga membawa implikasi besar terhadap stabilitas sosial. Polarisasi antara kelas kaya dan miskin menciptakan ketegangan sosial yang berpotensi memicu konflik. Ketika kelompok miskin merasa tidak mendapatkan keadilan, rasa frustrasi dan ketidakpuasan mereka dapat memicu tindakan destruktif, termasuk meningkatnya angka kriminalitas. Hubungan sosial pun semakin terfragmentasi, memperburuk polarisasi yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H