Dari berbagai uraian di atas dapatlah diketahui bahwa Islam  mendorong umatnya untuk melakukan kerja saintifik sehingga dengan itu diharapkan akan menambah dekat hubungan seseorang dengan Tuhannya (iman).  Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Rusyd bahwa penalaran terhadap segala yang maujud dan memandangnya sebagai bukti adanya Pencipta adalah pemahaman dari berfilsafat. Segala yang maujud adalah sebuah ciptaan, sehingga mengetahui ciptaan dapat menunjukkan pada adanya penciptanya. Semakin sempurna pengetahuan tentang ciptaan, semakin sempurna juga pengetahuan tentang Pencipta. Oleh karenanya mempelajari filsafat adalah sunnah, bahkan wajib hukumnya (2015). Menurut  M. Fethullah Gulen, intelektual muslim asal Turki, seperti disebutkan oleh Syarif Hidayatullah, memandang bahwa ilmu pengetahuan dan iman adalah bersesuaian (compatible) dan saling melengkapi, sehingga penelitian ilmiah dan teknologi sangat penting dilakukan demi kebaikan manusia (2019). Bahkan dalam tradisi Islam, ilmu adalah satu sisi dari agama, maka berilmu merupakan wujud dari beragama. Jika antara ilmu dan Islam tampak terpisah, maka itu tidak lain adalah karena pandangan agamawan, perspektif ilmuwan, dan persepsi masyarakat muslim yang telah memisahkan atau bahkan mempertentangkan antara keduanya (Mohammad Muslih,2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H