[caption caption="Dokumen vicoroa buzz.com"][/caption]
Pagi Buta itu dikejutkan oleh Truk bermuatan KOntainer berbobot puluhan ton nyelonong ke kerumunan pekerja yang antri untuk chek-in ke pabrik rokok menewaskan puluhan pekerja dan mencederai tak kurang dari 70 orang dari ringan sampai kritis.
Kepanikan sekurity pabrik dan petugas yang berjaga malam itu memuncak karna sedikitnya personel sementara situasi sudah tak bisa dikendalikan karna yang terluka parah harus segera mendapatkan pertolongan pertama demi keselamatan jiwa mereka.
Untunglah pabrik di mana musibah terjadi terletak dekat dari lokasi ada tiga rumah sakit. Untuk mempercepat evakuasi , pihak Pabrik mengirim para terluka parah ke rumah sakit A: Rumah sakit mewah dengan fasilitas super canggih lengkap dengan keabsahannya sebagai Rumah Sakit bergengsi. Ketika para terluka sampai di rumah sakit A, Petugas medis mempelajari terlebih dahulu buku tebal yang berisi protokoler kemudian satu persatu pekerja pabrik yang terluka parah itu diinterogasi untuk sebagai bahan database yang akan dikirimkan ke pusat sebagai bentuk pertanyaan apakah dibolehkan menolong para pekerja yang tertimpa kontainer karna dalam klausul protokoler hanya ada pasal yang menyebutkan “truk” dan tidak ada kata kontainer.
Dari seberang jalan, sekurity yang baru masuk shift berikutnya berteriak:
“Guoblok...bener bener goblok” dia meminjam bahasa orang alim yang sedang memimpin ormas Islam terbesar di Indonesia ."
“Masak ..dalam masa kritis hidup dan mati banyak yang sekarat ...masih sempetnya mereka (petugas medis )mempelajari pasal untuk menentukan status menolong mereka dan menghitung hitung untung-rugi menolong buruh ...tarik semua orang terluka dan pindahkan ke Rumah Sakit B!!."
Sesampainya ke Rumah Sakit B. Belum turun petugas untuk berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit B , tiba tiba pihak Rumah Sakit B sudah melayangkan tagihan :“Biaya tagihan untuk semua pasien ini adalah 100 milyar dengan perincian yang detil telah kami analisa menggunakan software termutakhir yang mampu mengkalkulasi ...bla bla..bla...” Pria yang berpakaian lengkap itu mengoceh menceramahi petugas pabrik yang sedang menahan amarah luar biasa tiba tiba berteriak :” Cabutttt...pindah ke Rumah Sakit C...!!.”
Belum sampai di gerbang Rumah Sakit C, penjemputan datang oleh lusinan paramedis laki laki dan perempuan berpakaian putih putih. Dengan ramah namun memaksa mereka membanjiri mobil yang dipakai oleh buruh yantg terluka parah tersebut. Sampai- sampai mobil yang mengangkut pasien darurat tersebut terpaksa berhenti di pinggir jalan untuk menghindari desakan paramedis tersebut. Pintu depan mobil belum terbuka lebar dan kaki petugas dari pabrik baru setengah posisi di atas ban depan mobil tersebut, sampai seorang pria tampan berjenggot tipis tercukur oleh plp’l’; , berdasi biru dan memakai celana fashionable berlari bagaikan pukulan martil berkerjaran karna benturan sepatu kantor buatan PH Jombang yang diproduksi awal Januari tahun 2015, yang berarti masih baru ‘terbit’. “ Bapak nggak usah turun, tanda tangani penyerahan saja untuk selanjutnya team kami akan membantu kelengkapan administrasi langsung di kantor bapak. Tenaga bapak bisa digunakan untuk menangani di TKP yang kebetulan kekurangan tenaga...”
Kejadian di atas adalah kisah imajiner yang saya paparkan kepada seorang tamu dari Mojowarno , saya tanyakan kepadanya manakah diantara tiga rumah sakit itu yang ‘terbaik’ dalam kapasitas nya sebagai seorang berilmu?. Beliau memilih rumah sakit C yang kebetulan sama dengan pilihan saya.
Kisah imajiner saya ini menyikapi polemik hadist dhoif untuk hal hal yang baik atau bersifat humanisme yang dalam terminologi Ke NU an disebut Fadhail A’mal atau keutamaan amal. Saya tak sedang dalam menganalogikan tiga rumah sakit tersebut dengan kategori hadist karna tak layak dan tak akan ditemukan padanan yang bersifal syamil komprehensif dan kamil komplit . Namun , ini adalah mencoba berandai-anda jika Rumah sakit A adalah pengamal Hadist Sokhih dan selalu fanatis dengan keshakhihan, Rumah Sakit B adalah pengamal hadist palsu atau mudallas sedangkan Rumah Sakit C adalah pengamal Hadist Dhoif atau lemah untuk hal hal yang bersifat humanisme.
Bukan membela penggunaan hadist dhoif secara membabi buta, namun banyak kebaikan yang bisa kita bagikan kepada sesama manusia dalam tataran rahmat bagi sekalian alam lewat hadist yang dalam penggolongannya masuk kategori lemah karna jalan periwayatan. Karna rahmat Allah lebih luas dari langit dan bumi yang kita pijak sehingga setetes air lautan terhadap lautan luas itu adalah perumpamaan dunia terhadap rahmat dan ilmu Nya yang tak terbatas.
Wallohu a’lam bisshowab
Nurkholis Ghufron
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H