Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syekh Abdul Qodir Jailany; Sulthonul Auliya "Berjenggot Lebat"Dari Arab.

18 September 2015   15:48 Diperbarui: 18 September 2015   16:02 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syekh Abdul Qodir Jaelany mempunyai kulit kemerah-merahan, kedua alisnya menyatu jenggotnya lebat dan panjang. Dadanya bidang dan ramping, tinggi badannya sedang , suaranya lantang merdu. Demikian “Annuuril Burhany” kitab manaqib Syekh Abdul Qodir Jailany menggambarkan tubuh beliau, kitab yang sangat masyhur di kalangan NU kultural karna menjadi amaliah reliji sosial namun belum tentu diamalkan oleh NU struktural meski membelanya dari hujatan orang yang tak menyetujui amaliah ini.

Dalam salah satu paragraf tentang Karomah dan bukan mukjizat, pengarang kitab menceritakan bahwa rombongan dagang dari negri asing atau “Ajam” di luar Iraq telah dihadang oleh gerombolan begal yang pelakunya dari orang Arab Badui. Sang pemimpin rombongan dagang teringat akan kekaramahan Syekh Abdul Qodir Jailany maka dia tak membuang waktu pada masa genting ini. Dia berteriak memanggil Syekh Abdul Qodir Jailany yang Sejenak kemudian tiba tiba dari udara muncul dua bakiak atau sandal dari kayu menghantam dua pemuka gang begal tersebut dan mati. Maka diambilnya bakiak tadi yang masih dalam keadaan basah dan tigapuluhan hari dari peristiwa itu para pedagang baru sampai di Baghdad untuk sowan ke rumah Syekh Abdul Qodir Jailany sambil memberikan sepasang bakiak yang ternyata adalah milik beliau yang dilemparkan ke udara sehabis berwudhu karna itulah ketika menghantam dua begal tadi masih dalam keadaan basah.

Adalah menarik, pengarang kitab “Nuril Burhany” menggunakan istilah “Arab” untuk mendefinisikan para penyamun itu padahal istilah ini mempunyai makna yang sangat luas. Menurut saya, dalam kontek cerita ini penulis ingin mendefiniskan konterpart dari rombongan dagang yang datang dari luar Arab yang diekspresikan terlebih dahulu dengan istilah “ajam” atau asing. Maka akan lebih komplet jika pihak yang melakukan pembegalan didefinisikan dengan anonim dari Ajam yakni Arab karna memang yang melakukan itu dari orang orang Arab, sama darah dengan Syekh Abdul Qodir Jaelany.

Di sini fase “discursive struggle” bisa bermula dan berakhir.Meski terminologi Arab, diekstrak dari padanya saripati negatif, hal tersebut tak boleh menjadi justifikasi atas sikap anti pati terhadap Arab karna di lain posisi ada Arab yang jika diekstrak dari padanya saripati positif juga tak boleh di fanatiki atau dicintai berlebihan. Dua kutub ; satu penyamun dan satu kutub konterpart adalah raja di raja para wali ; Syekh Abdul Qodir Jaelany. Jika anda kobarkan anti Arab dengan alasan penyamun dari Arab maka anda juga mengobarkan perang terhadap wali Nya : Syekh Abdul Qodir Jailany karna beliau dialiri darah Arab . Dan jika wali Nya anda musuhi maka Allah telah anda musuhi.

Formula ini juga berlaku terhadap Ajam, tidak boleh karna sebab khusus terhadap orang asing menjadikan kita anti pati terhadap orang asing atau gila orang asing alias menjilat karna kebaikan mereka. Semua sikap harus berdasar tawaazun dan i’tidal.

Kalau lah boleh Anti Arab dengan justifikasi berdasar kasus oknum khusus dibolehkan maka manusia pertama yang boleh melakukan itu adalah Rasulullah Saw yang dakwahnya dimusuhi habis habisan oleh Abu Jahal, Abu Lahab, dan orang dari suku Quraysh yang nota bene dari Arab. Bukan kita yang yang disuruh untuk mengusung itu tapi Nabi langsung perintah dari Allah yang memerintahkan Anti Arab. Padahal faktanya : Nabi Muhammad Saw dalam satu waktu bercengkerama dengan Salman Al Farisi bersabda :

“Wahai Salman!! Janganlah kamu membenciku!!!.”

“Bagaimana mungkin aku membencimu wahai Rasulullah padahal hidayah datang melewati engkau ya Rasul...” Salman Al Farisi menyanggah.

“Kamu membenci Arab yang berarti kamu bisa membenciku (karna aku bagian dari Arab).” Jawab Nabi Saw.

Lagi lagi ada suatu hal yang menarik untuk kita bahas di sini. Ada orang yang memeluk Islam pada mula mula Rasulullah Saw mendakwahkan Islam yakni Bilal Bin Rabah yang berasal dari Ethiopia. Namun “amanat ” ini justru beliau sampaikan secara langsung kepada Salman yang berasal dari Iran, kelak akan menjadi pusat Syiah ratusan tahun kemudian. Secara nubuwat pasti menyimpan korelasi yang sangat kuat kenapa “Muslim Iran” yang diberi amanat ini daripada Muslim dari negara lain jika kita mencermati posisi Bilal Bin Rabah dan Salman Al Farisi sama sama Non Arab alias Ajamy.

Hikmah dari Manaqib Syekh Abdul Qodir Jailany siapapun yang mengamalkannya secara totalitas adalah :

Anti Arab NO...Anti Asing NO...mafhum mukholafahnya siapapun dari Nahdiyyin yang getol mengusung Anti Arab boleh jadi tak pernah bersentuhan dengan "spirit" amaliah NU yang satu ini apalagi dengan yang lebih ekslusif seperti Dalailul Khoirot.

Wallohu A’lam bisshowab.

Nurkholis Ghufron

 

 

 

 [caption caption="Dokumen Wikipedia"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun