Mungkin pengalaman ini bukan pengalaman saya pribadi. Mendapatkan sms yang intinya permintaan pulsa dengan alasan anggota keluarga berada di kepolisian , rumah sakit ataupun di tempat tempat familiar yang bisa secara kebetulan “cocok” bisa melumpuhkan daya nalar kita. Pengirim sms memang sudah melakukan semacam riset kecil kecilan dengan kalkulus matematika dan psikologi kriminal sebelum menyusun sms yang mampu mengikat nalar seseorang bahkan tak menutup kemungkinan orang dengan tingkat intelensia lebih tinggi berhasil diperdayai.
Dalam beroprasi pelaku membagi setidaknya dua sistem distribusi dalam penyebaran sms. Pertama mengirim konten sms ke ribuan nomor hp secara acak dan yang kedua mengirimkan sms dengan target yang telah diidentifikasi oleh team khusus mereka sehingga segala kemungkinan jawaban sudah diantisipasi oleh mereka yang sudah ahli atau “ tatag “ menghadapi target yang dikenal.
Contoh distribusi yang pertama adalah sebagai berikut. Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan sms yang berbunyi :
Pengirim sms dengan :”Mak,isekno pulsa rung puluh ewu neng no 081356108216, iki saiki”
Artinya : “Mama , isikan pulsa saya 20 ribu saja ke nomor yang ini 081356108216 sekarang Ma..”
Lantas saya jawab : “lo le awakmu lak wes mati se ..lha iki patang pulue ngundang Yai Tebuireng..ojo njaluk plsa..njaluk dungo ae.”
(anak saya sedang mondok asrama yang tidak memperbolehkan penggunaan Handphone sehingga bisa saya pastikan bahwa ini adalah bentuk kriminal)
Artinya :” Lho..Nak kamu kan sudah mati ..lha sekarang ini Kendurian yang ke 40 hari, saya ngundang Kyai dari Tebuireng...jangan minta pulsa nak (kalau mati)..minta doa saja...”
Setelah itu tak ada lagi tembusan sms lagi.
Untuk kasus distribusi khusus atau target sudah diidentifikasi adalah beberapa tahun yang lalu seorang penelpon mengabari istri saya bahwa anak saya mengalami kecelakaan dan berdarah darah. Penelpon sudah mengetahui bahwa saya sedang di Makkah menjalankan ibadah haji dan sengaja memperdayai istri saya dengan harapan pasti berhasil. Alkhamdulillah berkah dari kelihaian istri saya akhirnya upaya sang penelpon dapat digagalkan.
Nurkholis Ghufron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H