Sekitar satu jam saya mencari koper atas nama saya ,namun tak kunjung dapat juga . Setelah berlalu satu jam, saya putuskan menghentikan pencarian koper tersebut. Saya menyerah karna keringat sudah "ndrodos" membasahi tubuh. Fihak KBIH melontarkan humor bahwa itu adalah mencerminkan banyak nya dosa yang telah saya perbuat, pernyataan ini membuat saya banyak bersholawat ketika meneruskan pencarian pada etape ke dua. Etape ke dua ini berjalan sekitar setengah jam dan belum kunjung menemukan koper yang bertuliskan nama saya lengkap dengan keterangan nama ayah, embarkasi, regu, rombongan dan nomor porsi. Pada saat saya belum mengakhiri pencarian etape ke dua ini ,seorang jamaah tiba-tiba datang dan dalam waktu kurang dari satu menit telah mendapatkan kopernya. Kejadian di mana jamaah yang baru datang dan langsung mendapatkan kopernya ,lagi lagi menggelitik kalbu saya..benarkah dosa saya sebanyak ini sehingga mencari koper di antara 300 an koper saja sulitnya minta ampun. "Sudah ..pak Nur..berhenti mencari kopernya..ini saya kasih koper tanpa nama..." Kata Ketua KBIH tiba tiba kasihan atas pencarian yang tiada  hasil tersebut , yang saya sambut dengan suka cita dan saya bawa pulang ke rumah untuk diberi identitas. Lagi lagi Allah mengutus seseorang dari hamba Nya untuk mengajari saya yang mendadak berangkat ini. Di luar perkiraan saya,  telepon saya berdering dan ternyata seorang  kawan akan berkunjung ke rumah .Tatkala sampai di rumah,  tanpa ba bi bu  langsung memberikan tutorial gratis lengkap dan terperinci bahkan sampai menuliskan identitas lengkap dan terperinci pada koper, tas besar, tas tenteng. Allah Maha besar,telah mengutus seseorang untuk mengganti tulisan tangan saya yang jelek dengan tulisan yang bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H