Ketika kasus Sampang menyeruak, di antara desingan messiu media massa yang hampir ke seluruhan 'menghabisi' warga Nahdhiyyin tanpa ada satupun advokasi yang bisa didengar nyaring melewati messiu yang menghabisi warga Nahdiyiin. Seakan takut jabatan dicopot dari organisasi maupun instansi karnanya tidaklah mengherankan jika sikap yang pada mulanya Pro Nahdiyyin berbalik menjadi Pro Syiah. Seorang Koruptor yang menjarah uang rakyat sekian banyak saja sah untuk dibela mengapa jika dalam masalah Sampang justru seakan PBNU buru-buru mengatakan itu kriminal. Suatu sikap yang kurang bijaksana ketika mereka sangat membutuhkan pengayoman justru diterlantarkan dengan dalih apapun, karna itu tak mustahil jika NU Sampang nanti akan Mbalelo dari NU pusat, tapi jangan sampai terjadi peristiwa ini.
Walaupun akhirnya Hukum yang mengadili mereka karna memang ada pelanggaran di sana yang otomatis memasuki ranah hukum maka PBNU mempunyai kontek yang berbeda, ia bak  seorang ayah,  dia tetap harus memberikan perlindungan secara emosi, empati, kata-kata dan bahkan kasih sayang.
Perlu dicatat pula bentuk dari pembelaan bukanlah dengan membabi buta , namun mengarahkan Ummat dan mengingatkan Syiah bahwa apapun alasan penghinaan itu tidak lah boleh dilakukan. Dan Syiah di Indonesia harus "memperbarui" ajaran-ajaran penghinaan karna itu adalah ekses politik kekalahan syiah dalam percaturan politik di dunia Islam ketika Ali bin Abi Tholib mengalami kekalahan telak atas Muawiyah yang berujung kematian lewat tangan seorang Khawarij jadi karna timbulnya ajaran itu bukan dari Agama maka boleh diperbarui. Tapi apakah bisa dilaksanakan tajdid ini  ..wallahu a'lam bisshowab.
Seorang pucuk pimpinan sejati bahkan tidak akan membiarkan 'ayam' milik ummatnya dicuri oleh orang lain dia berani mendatangi lokasi dan memberikan rasa empati dan bukanlah pernyataan yang bersifat 'cuci tangan'.
Kemarin, tanggal 10 september , terjadi pertemuan yang dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Agama Suryadharma Ali, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Bupati Sampang Noer Tjahja, Ketua Majelis Ulama (MUI) Pusat H Slamet Effendy Yusuf, PBNU diwakili Malik Madani, perwakilan Syiah diwakili Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi) Jalaluddin Rakhmat dan Ahlul Bait Indonesia (ABI), Umar Shahab yang melahirkan 8 kesepakatan yang berbunyi:
1. Kami yang ikut dalam pertemuan ini sepakat melakukan upaya-upaya guna menyelesaikan permasalahan permanen untuk Kabupaten Sampang.
2. Pimpinan Ijabi pusat dan pimpinan ABI pusat akan berusaha memberikan dukungan untuk mewujudkan ketertiban masyarakat di wilayah Sampang dan Jatim pada khususnya.
3. Pimpinan NU bersama dengan unsur NU di Jatim ikut berusaha menciptakan kondisi kondusif di Jatim.
4. MUI pusat bersama MUI Jatim membantu mewujudkan kerukunan umat dalam rangka meneguhkan ukhuwah Islamiyah.
5. Pemda Jatim memfasilitasi pada pengungsi Sampang mencarikan solusi permanen terhadap masa depan para pengungsi.
6. Pemda Jatim memfasilitasi terhadap adanya keinginan bagi pengungsi untuk mencari penampungan sementara dengan memperhatikan kemampuan pemda.
7. Pemda Kabupaten Sampang bersama-sama dengan unsur forum koordinasi pimpinan daerah (forkopimda) berupaya memberikan jaminan ketentraman dan ketertiban masyarakat di wilayah Sampang.
8. Semua pihak sepakat melakukan dialog-dialog secara terus-menerus menciptakan hubungan harmonis internal umat Islam.*
Tapi yang disesalkan banyak fihak adalah poin kesepakatan ini terlalu umum dan tidak menyentuh akar masalah secara teknis,  coba kalau ayat pertama diganti dengan fihak Syiah  tidak boleh menghina sahabat Nabi, kemudian poin ke dua diganti fihak Sunni harus memberikan rasa aman kepada penganut Syiah..setelah akar masalah dari fihak lain menjadi kewajiban ditekankan untuk dibayar,  saya kira fihak Sunni akan berbesar hati melaksanakannya dan mengurangi resiko pertikaian di masa mendatang
Yang menjadi pertanyaan saya adalah kenapa yang hadir dalam kasus besar ini 'hanya' Â bawahan PBNU, kenapa tidak beliau sendiri? Apa menyepelekan masalah? Apa memang menyimpan "cinta" untuk Syiah? Hanya beliau yang tahu. Namun apapun dia, Â saya menganggap pemilihan KH Said Aqil Siraj adalah dosa terbesar Warga NU. Dosa dalam arti percaturan politik dan kepemimpinan dan bukan dosa kepada Tuhan.
Wallahu a'lam Bisshowab
Narasi oleh Nurkholis Ghufron
Sumber bacaan Hidayatullah dan opini pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H