" Baiklah aku akan berikan seteguk kepada anjing ini telebih dahulu, saya akan menunggu sisanya. " Ternyata rayuan kebaikan tadi diterimanya dengan lapang dada. Dia pun menyuguhkan sepatu boot yang berisi sedikit air tadi kepada anjing yang sedang sekarat yang difikirnya yang penting bisa beri "seteguk"..ya seteguk air..setelah berada di depan anjing itu ,anjing yang sekarat ternyata bangun dengan semangat dan menghabiskan seluruh air bahkan sedikit sisa yang ada di pojok sepatu itu dengan mudah digapai dengan lidahnya yang panjang.."sleeet!".nyaris tak berbekas! ..dalam 'tempoe jang sesingkat-singkatjna' anjing itu 'mendadak berlarian' dan meninggalkan wanita itu sendirian di bibir sumur di oase padang pasir yang membentang luas di bawah sinar matahari yang galak tanpa satu helai awanpun mencoba melindunginya. Ibarat beterai ponsel yang sudah memberikan warning " Baterei lemah matikan ponsel sekarang juga!!."
Sang wanita itu terkapar di bawah sengatan matahari ..dia menghembuskan nafas terakhir setelah anjing itu hidup berkah dari menghabiskan air yang diambil dari sepatunya. Dia mendahulukan seekor anjing dari pada dirinya sendiri. Dia sudah tahu bahwa dengan habisnya air itu maka habis pulalah kesempatannya untuk hidup..
"Allah berterimakasih pada wanita itu karna kebaikannya kepada anjing itu.." Nabi menutup cerita itu.
Kompasioners yang budiman..Nabi bukanlah membenci anjing yang nota bene sesama makhluq Allah, ketika nabi di Madinah nabi memang pernah memerintahkan pembunuhan anjing namun sebatas anjing gila dalam bahasa Nabi "a'war" atau matanya yang juling.Mungkin saja tanda-tanda fisik dari anjing gila itu yang mudah dikenali pada masa dahulu adalah dari  matanya . Dalam bahasa modern anjing yang terinveksi virus rabies dan sejenisnya karna pada waktu itu tidak ada obatnya maka jalan satu -satunya adalah dengan  memusnahkan anjing yang terinveksi untuk menyelamatkan manusia yang lebih banyak. Nabi hanyalah menjalankan "Protokoler" dari Sang Pemilik jagad raya.
Narasi oleh
Nurkholis Ghufron
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H