Mohon tunggu...
Nurkholis Ghufron
Nurkholis Ghufron Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni MI Darussalam Padar, Mts Darussalam Ngoro, Darussalam Gontor 94, berwirausaha, Suka IT...To declare does'nt mean to be Proud of. It rather than to be thankful to teachers and carefully behaviour...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Tertipu oleh Artikel Nurkholis Ghufron

24 Agustus 2012   09:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:23 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya membaca tulisan yang berjudul

Umat Bin Khottob:Jejak Kaki Sang Penakluk Di Negara Israil


Mula-mula saya menikmati huruf demi huruf yang terketik di artikel dengan judul diatas sampai mata saya tertahan kepada bait yang menceritakan "rombongan  Khalifah" :

Sesuai arahannya, Pasukan khusus dari palestina yang beragama Nasrani menjemput tamu agung ini di ujung timur dan mengantarkannya menuju jantung Baitul Maqdis. Pasukan ini tidak menemukan sepleton pasukanpun kecuali dua orang. Seorang yang menaiki unta dan seorang lagi memegang tali kekang unta dengan pakaian yang penuh jahitan dan sandal yang pernah putus kemudian disambung dengan jahitan ala kadarnya. Setelah memandangi sang penunggang unta maka pimpinan regu pasukan khusus tadi mempersilahkan agar mengikuti kawalannya.

Mendadak pria diatas unta ini memberontak ..” Tidak..tidak ..bukan aku sang Khalifah..namun beliau yang memegang tali kekang unta inilah  Umar Bin Khottob yang anda cari. Aku hanya kebetulan kebagian shift untuk menunggangi unta ini  ketika memasuki Yerussalem!”

Betapa sulitnya posisi pasukan khusus ini dalam menyikapi keadaan  yang diluar pasal pasal protokoler penyambutan. Namun langkah sang Khalifah tidak berhenti untuk menandai bumi yang berdebu selangkah demi selangkah dengan kakinya menuju Baitul Maqdis yang sekarang dikuasai oleh Israel. Riuh manusia yang sebelumnya menggema di udara menjadi sunyi-senyap seakan patung-patung  berjejer di pinggir jalan.  Suara kaki  unta dan sandal sang Khalifah ingin “menggelitik” kesunyian ini sehingga tidak seserius ini dalam menyambutnya. Namun tetap saja tidak berhasil. Bahkan sesekali terlihat “patung-Patung” tadi mengeluarkan air mata karna baju yang dipakai sang khalifah jauh lebih buruk dari pakaian yang mereka pakai hari ini. Mereka tertipu!!.Sandal sandal yang mereka pakai pun jauh lebih cantik dari yang dipakai sang Khalifah. Sekali lagi mereka tertipu.

Tiba-tiba mata saya meleleh karna seakan saya hadir di barisan kerumunan massa yang menunggu kedatangan Sang Khalifah. Seperti mesin waktu dalam film fiksi hollywood, Langkah unta yang dinaiki oleh pembantu Umar ini bersahutan dalam 'gerak lambat' dengan kaki Umar Bin Khottob. Dalam scene yang diperlambat pula 'detil' pakaian yang beliau pakai berwarna kecoklat-coklatan dari jubah yang berwarna putih ini karna sengatan sang surya di sepanjang perjalanan. Adegan lambat pun berhenti pada jahitan kasar pada sakunya yang tidak sempurna.

Namun ini adalah artikel saya...sayapun sudah mengingatkan bahwa ini artikel saya..jangan menangis..mata sayapun tetap mengeluarkan air mata..sayapun tertipu dengan tulisan saya,tapi sebenarnya adalah saya merindukan sosok Umar Bin khottob agar hadir menjadi pemimpin Ummat Islam, meskipun beliau sang Penakluk.. Namun negri yang ditakluknya merindukannya dan bukan mengusirnya..

Nurkholis Ghufron

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun