Sering kali ia hendak mengurungkan niatnya mengadukan Gubernur-nya ke Khalifah Umar Ibnu Khottob karna jauhnya perjalanan dan rasa ragu yang sering hinggap di hatinya.
"Jangan-jangan Umar malah meremehkan laporanku dan membela Gubernurnya.." gumamnya sepanjang perjalanan..namun bayang-bayang gubuk reyotnya  yang dirobohkan oleh pasukan Gubernur teramat menyakitkan hatinya. Tusukan angin malam di lautan padang pasir tidaklah menghambat langkah demi langkah,jengkal demi jengkal..rasa sakit hatinya membayar semua penderitaan selama 90 hari 90 malam menuju Madinah.
Akhirnya tiba juga di Madinah , setelah mencari rumah sang Khalifah akhirnya dengan izin Allah bertemulah dua orang ini di sebelah depan rumah Umar yang sama sekali jauh dari rumah seorang "Presiden". Lama sekali dia memandangi rumah sederhana ini. Sesekali dia menghela nafas ketika membandingkan dengan istana megah nan mewah yang didiami bawahannya; Gubernur Mesir.
" Apa keperluanmua wahai fulan?"Tanya Umar kepadanya.
" Saya mengadukan perilaku bawahan Anda, Gubernur Mesir." Yahudi ini berterusterang.
"ehm ..Amru Bin Ash yang engkau maksudkan..?" Umar memperjelas orang yang dimaksud Yahudi ini.
"Ya  begitulah...orang memanggilnya.." Yahudi tadi nampaknya cari aman agar tidak salah memberi informasi yang malah mengurangi validitas  aduannya.
Kemudian dia bercerita dari awal sampai akhir ...apa  yang dialaminya.
Tanpa banyak kata Umar berkata kepadanya:
"Ambillah tulang busuk itu!!" sAambil menunjuk pada tulang yang sudah membusuk,tak jelas apakah tulang onta atau binatang lain.
Setelah diambilnya dan diberikan kepada Umar, beliau mengeluarkan pedang dari sisi bajunya yang membuat Yahudi tadi terheran -heran beraduk takut. Umar menggoreskan pedang kebesarannya yang terdengar miris di telinganya "Sssreng'..bunyi goresan pedang tersebut.