Aku mencintai setiap sosok yang ku temui selama aku hidup. Bertemu dengan mereka tidak pernah aku sesali.Â
Untuk keluarga ku, aku sangat menyayanginya. Tapi bagaimana pun aku tetap tidak suka berkumpul bersama. Itu sangat melelahkan.Â
Dalam hati kecilku aku berjanji, akan membalas semua kebaikan kalian kepadaku. Sekarang aku bukan apa-apa. Kalian juga tahu akan hal itu.Â
Aku tidak peduli perbuatan jahat yang kalian lakukan padaku, tidak untuk keluarga ku. Namanya akan selalu tergores di dalam hatiku.Â
Untuk saat ini keluarga ku adalah perioritas penting setelah diriku. Sungguh, aku tidak main-main dengan itu. Tidak. Sekarang aku sedang membangun jalan. Membangun jalan.Â
Terimakasih sudah bersamaku. Orang tuaku, kakek nenekku. Dan beberapa orang yang tidak bisa ku sebutkan.Â
Nayla sungguh binggung kali ini, bagaimana caranya agar bisa mewujudkan impian ini. Akankah Tuhan membantu? Tentu saja. Tidak ada yg akan menolong kecuali dia.Â
Di awal perkuliahan Nayla, atas nama orang tuanya membantu teman meminjamkan uang. Uang ternyata sangat berbahaya. Daya pikat uang ini sangat mengesankan hingga ke depan.Â
Entah bagaimana kelak mereka. Entahlah. Tuhan akan mengurusnya.Â
Di awal perkuliahan, ada pendaftaran jalur mandiri. Karena tidak mengenal sesiapapun, Nayla mempercayakan uangnyaa kepada kakak tingkat yang berinisial Adel untuk membayar ujian.Â
Salah Nayla, terlalu mempercayai orang. Langsung ke akhirnya saja, uang pendaftaran senilai 250k hilang. Dilarikan kenalan Kakak tingkat bernama Adel itu. Bukan salah Adel, salah Nayla.Â
Sebelum berencana mendaftar jalur mandiri ke salah satu universitas, Nayla bimbel di salah satu bimbel lumayan populer kala itu. Pada akhirnya dia memperoleh pelajaran, tidak perlu mengikuti arus. Cari jalanmu sendiri. Jika tidak sepenuh hati, uang orang tuamu saja yang akan habis.Â
Singkat cerita, Nayla tinggal bersama ibu kostnya. Lagi-lagi, kepolosan dari kampung membuat dia tidak tega melihat teman kostnya kesusahan karena menunggak bayar kos. Akhirnya beberapa hari sebelum ujian, temannya belum sempat membayar uang ujian karena hal tertentu membuat hatinya tersentuh. Uang untuk biaya hidup yang orang tuanya berikan dengan percaya diri di berikannya senilai 300k untuk mendaftar ujian sekolah kedinasan waktu itu.Â
Alasan kerohanian, sudah 1 tahun mereka gap yard beberapa hari ini akan menjadi ujian penentuan yang di tunggu-tunggu hatinya yang sakit temannya tidak bisa mendaftar. Bodohnya. Dia siapa? Sampai segitunya memikirkan orang lain. Bagaimana dengan ibunya? Bapaknya? Bukankah masih sehat sentosa? Apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka tidak akan berusaha mencari solusi? Dengan kebodohan alasan polos, rela memberikan uang biaya hidup demi menolong orang yang tidak tahu diri.Â
Ya. Sampai sekarang uang itu raib. Â Sudahlah. Biarlah itu menjadi cerita. Kepolosan Hati Nayla benar-benar sudah habis. Itu sudah kali ke 2 dia habis di lucuti uangnya. Tidak apa, orang bijak bilang " jika kamu kehilangan uang, kamu tidak kehilangan apa-apa." Baiklah, aku memahaminya sekarang.Â
Masalahnya itu adalah uang orang tuaku. Aku harus menggantinya suatu saat. Aku berjanji. Beberapa bulan kemudian, memang tahun itu menjadi pelajaran banyak untuk hidupnya. 2019-2020 banyak sekali membeli orang.Â
Terakhir, ini juga orang yang baru dia temui. Teman kost tidak pernah benar-benar manusia beberapa. Selalu saja ada yang memanfaatkannya. Ya. Dia kehilangan uang orang tuanya 1,4 juta lagi untuk orang yang baru beberapa bulan dia kenal. Kau tau apa yang sakit dari itu? Nayla rela, tidak bawa uang 1 ribu rupiah pun ke kampusnya pada masa itu masih semester 1 agar temannya itu bisa membayar uang kuliahnya. Untuk teman. Ya . Si bodoh itu cuma menganggap sendiri hubungan mereka teman, sedangkan yang lain menganggap dia si bodoh yang bisa di manfaatkan. Gila. Gila. Sungguh gila. Pesona uang benar-benar menjerat hatinya.Â
Kepolosan itu sudah luntur dari hatiku. Lunasi itu untuk orang tuamu. Setiap hal yang ku alami, membuatku merasa bersalah pada kedua orangtuaku. Itulah hal yang selalu membuatku menangis tersedu-sedu. Gilaaa. Segara lah sukses, untuk membayar semua hutangmu ke pada orang tuamu.Â
Jangan lagi harapkan bajingan bajingan itu dalam hidupmu. Tuhan yang akan mengurusnya. Tugasmu hanya membayarnya ke orang tuamu.
Menurut mu, apa yang sekarang ada di pikiran mereka? Akankah mereka menganggap kami tidak akan bertemu lagi? Dunia ini sempit sekali, seluas itukah tempat mereka bersembunyi?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H