Mohon tunggu...
Khof H
Khof H Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Mari menjadi tidak sederhana!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jalur Langit

20 Maret 2023   02:48 Diperbarui: 20 Maret 2023   05:37 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lupa bagaimana caranya bertutur kata. Rasanya tertekan tidak menyenangkan. Kapan terakhir kali? Entahlah sudah terlalu lama untuk di ingat kembali. 

Sampai dia wafat, aku tetap merindukannya. Rumah itu selalu menjadi tempat makan paling enak yang pernah ada dalam duniaku. 

Mengenai give and take, pasti semua orang ingin melakukannya terlebih-lebih dia. Aku tahu betul bagaimana rasanya, meski hanya melihat saja. Kenapa yang lain bisa, padahal statusnya sama?

Melihatnya saja membuatku sakit. Aku tidak ingin melihat dia demikian tapi aku bisa apa? Aku akhirnya mengerti serta mulai untuk tidak menuntut lebih. Yah. Tidak menuntut lebih. 

Dahulu, ingin sekali rasanya kesana terus bersamanya. Jika keberadaan ku hanya membuat dia terluka, aku rela tidak datang ke sana meski itu adalah rumah yang selalu ku rindukan. 

Itu rumah yang selalu ingin aku tinggali lebih lama tapi tidak bisa. Itu rumah yang perjalanannya singkat, tapi selalu terasa jauh. Tuhan, tolong permudah.

Give and take. Lagi. Tidak pernah ada. Sakit sekali rasanya melihat demikian. Aku benar-benar sakit. Tolong jangan beri kekurangan.

Sakit. Ini sangat sakit. Dari sekian banyaknya, dia dengan sukarela ingin bertandang. Karena apa? Alasannya sangat menyayat hatiku. 

Di antara semuanya, dialah yang paling tidak beruntung. Tolong jangan berikan dia kesusahan. Beri kami keberuntungan, beri kami jalan yang mudah. 

Saat mereka datang hatiku tersayat, kapan aku berikan mereka balasan? Kapan? Kapan? Kapan terus menghujam jatuh di bayangan hatiku. Terus menusuk dengan tergeruk. Sakittttnya tidak ketulangan lagi. 

Dia benar-benar datang. Kenapa berinisiatif untuk datang? Kenapa? Pertanyaan ini terus menghantuiku. Ohhhh sungguh malangnya dia. Dia yang Malang, kasihanilah dia Tuhan. 

Tidakkah Engkau merasa dia begitu menyedihkan? Jangan begitu padanya Tuhan. Aku menyayanginya. Melihat dia begitu sangat sakit hatikuuu. Sangat sakittt. Ya Tuhan. Berikan kemudahan. Beri panen berlimpah. Aku tahu betul hany itu satu-satunya. 

Tuhan, tolong izinkan aku. Engkau mengerti setiap doa yang ku panjatkan setiap mengingatmu. Tolong Tuhan. Tolong. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun