Mohon tunggu...
Khof H
Khof H Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Mari menjadi tidak sederhana!

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tangan yang Terulur Untukmu

15 April 2021   21:08 Diperbarui: 15 April 2021   21:24 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berusaha keraslah, sampai engkau lupa sakit dari kerasnya dunia. Gak semua orang bisa kita bantu, setuju? Banget! Gak ada kewajiban juga seseorang itu harus menyenangkan semua orang. Jikapun mau, kemampuannya pasti terbatas. Karena apa? Dia manusia.

Seorang perempuan dan anjing. Sumber || medureh.com
Seorang perempuan dan anjing. Sumber || medureh.com

Pernah dengar seorang perempuan yang hidupnya sebagai tunasusila masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing?  Simpan sendiri cerita versi lengkapnya, karena tulisan ini hanya fokus ke perihal memberi dan menerima. 
Bukan main yang dia terima dari yang dia berikan. Tau artinya apa? Tidaklah merugi memberi pertolongan, sesungguhnya itu menolong diri sendiri. Meskipun tak terlalu memancing antusias, perihal memberi dan menerima benar adanya.

Semua orang munafik, termasuk saya!

Pernah dengar kalimat di atas? Atau justru terlalu familiar untuk diulang? Hahaha Munafik yang bagaimana? Terus terang kalimat di atas amat mengena sekali. Selalu terngiang-ngiang di telinga. Bukan untuk menghujat siapapun apalagi diri sendiri. Tidak. 

Dalam KBBI munafik di artikan sebagai 'berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya di hati tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua '. 

Akh, terlalu bertele-tele. Intinya lain di hati lain di mulut. Lantas apa hubungannya dengan kalimat di atas? Nah, sangat berhubungan. Bisa beri contoh? Tentu. Baca baik-baik dan simpan sendiri jawabnya. Esok lusa bertemu, diskusikan kembali. Saat menyelesaikan sesuatu, seringkali terdengar kalimat yang mengatakan bahwa 'aku tak mengharapkan apapun'. Entah itu selesai menolong orang lain atau kegiatan lainnya. 

Saat mengatakan begitu, kemungkinan benar adanya bahwa dia benar tidak mengharapkan apapun dari orang lain yang dia tolong atau dari usaha yang sudah dia tidak buat. Bukankah sesungguhnya dalam hati di lubuk yang terdalam terdapat harapan bahwa yang sudah diperbuat akan mendapat rida berupa pahala? 

Kalimat 'tak mengharapkan apapun' cukup jelas untuk dimengerti bahwa tidak ada yang di inginkan. Tapi apa yang hati lakukan? Apa itu termasuk Munafik? Simpan jawaban itu sendiri. 

Jangan pernah bosan menolong, sesungguhnya itu kebaikan untuk diri sendiri juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun