Menyimak tausiyah dari Bapak KH. Fikri Haikal MZ, yang kebetulan mengisi acara pengajian akbar dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1444 H bertempat di desa Pakujati Kecamatan Paguyangan, Sabtu kemarin tanggal 11 Maret 2023. KH. Fikri Haikal MZ, adalah seorang mubalig dan ulama Indonesia. Beliau adalah putra sulung dari KH. Zainuddin MZ yang memiliki kemiripan dengan ayahnya, terutama dalam nada suaranya yang sulit dibedakan dengan Almarhum ayahandanya.
Dalam tausiyahnya, beliau menyampaikan pesan-pesan yang sarat dengan manfaat. Walaupun hanya sebagian kecil yang dapat saya ingat, namun paling tidak itu menjadi suatu pengetahuan bagi diri saya, sekaligus pengingat untuk kemudian harapan saya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kira-kira pesan-pesan beliau begini, kebaikan dan ibadah yang kita lakukan sehari-hari, itu cantolannya pada iman. Cantolan, kalo bahasa bumiayu sih artinya tempat untuk mengaitkan sesuatu, misal baju. Iman, menurut beliau, adalah tempat cantolan berbagai macam perbuatan baik atau ibadah. Karena itu, jangan sampai iman kita terkontaminasi dengan yang namanya syirik.
Beliau juga menjelaskan, perbuatan syirik, baik syirik Khafi maupun syirik Jahri adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah dan termasuk dosa besar. Syirik Khafi, adalah syirik yang terselubung atau samar-samar. Sementara syirik Jahri, adalah syirik yang nampak atau terang-terangan, contoh menyembah gunung, menyembah batu, atau menyembah patung. Kita insyaAllah bisa menghindari syirik Jahri, tetapi kadang kita bisa saja terjebak pada hal yang termasuk dalam syirik Khafi, misalnya, kita membeli burung perkutut, kemudian tembung ndilalah rejekinya lancar, akhirnya kita berasumsi burung perkutut tersebut membawa rejeki. Contoh lagi, setelah memakai cincin, kemudian banyak yang tertarik sama kita, hehe, itu juga salah satu perbuatan syirik Khafi, makanya kita perlu hati-hati, karena perbuatan tersebut dapat melunturkan kebaikan yang telah kita kerjakan.
Idealnya, seorang muslim itu imannya bener, amalnya banyak. Tapi yang namanya manusia yang tak luput dari salah dan dosa, jika kita belum bisa menjadi seorang muslim yang ideal, paling tidak kita bisa mempunyai gambaran tentang apa-apa yang kita lakukan sebagai ibadah kita kepada Allah. Kita, lebih baik amalnya sedikit, tapi imannya bener, daripada amal kebaikannya banyak tetapi imannya salah. Karena jika demikian, walaupun kebaikannya segunung, tapi tidak punya iman, itu amal kebaikan tidak punya tempat untuk dia nyantol, sehingga amalnya menguap sia-sia, ngambang.
Adapun puncak tertinggi dari keimanan seseorang, menurut beliau, adalah saat seorang muslim mampu merasakan kehadiran Allah dalam dirinya. Kemanapun dia pergi, dimanapun dia berada, ia selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga segala ucapan dan perbuatannya selalu mencerminkan atau sesuai dengan nilai-nilai agama.
Masih banyak diantara kita, yang merasa diawasi Allah hanya pada waktu dan tempat tertentu. Di masjid, kita bisa khusyu melakukan shalat karena merasa Allah ada bersama kita. Di pasar kemudian kita tidak ingat Allah, sehingga kita bisa mengurangi timbangan. Di Masjid kita merasa diawasi Allah, tapi di kantor kita lupa Allah, sehingga korupsi merajalela. Naudzubillah, semoga kita terhindar dari itu semua, dan kita selalu istiqomah, selalu ingat Allah dimanapun kita berada.
Ada anekdot yang disampaikan beliau, suatu hari, para penghuni neraka berkumpul dengan penghuni syurga.
Apa yang menjadi musyawarah kedua penghuni tersebut? Ternyata mereka sepakat untuk membangun jembatan yang menghubungkan syurga dan neraka. Tujuan dibangunnya jembatan adalah agar mereka bisa saling mengunjungi/silaturahmi. Tak lama kemudian, jembatan yang dibangun penghuni neraka sudah selesai, namun penghuni syurga belum selesai, bahkan tiang pancangnya saja belum dipasang. Hal itu membuat marah penghuni neraka. Kata penghuni neraka, " Mas, gimana sampeyan, buat jembatan saja belum jadi-jadi, gimana kami bisa berkunjung ke Syurga?"
Kemudian dengan sabar penghuni Syurga menjawab, " Mas, gimana kami mau cepet membangun jembatan, pimpinan proyek, pemborong, bahkan menterinya ada ditempat sampeyan semua??"
He,he, begitu kira-kira anekdotnya. Memang, jika korupsi merajalela, uang rakyat digerogoti, kapan rakyat kecil bisa sejahtera? Korupsi bukan hanya musuh pak Polisi, pak Jaksa, atau KPK, tapi korupsi musuh kita semua, karena korupsi itu penyakit yang memang susah di basmi. Hanya dengan keimanan yang dimiliki seseorang, dengan rasa yakin bahwa Allah mengawasi kita, insyaAllah kita terhindar dari korupsi.
Pesan terakhir dari KH. Fikri Haikal MZ dalam tausiyahnya menyambut ramadhan 1444 H adalah mengajak kita semua untuk selalu memperbanyak kebaikan dan memperbanyak nilai-nilai ibadah kepada Allah SWT. Karena hakikatnya, segala kebaikan yang kita lakukan, nantinya akan kembali kepada diri kita, demikian pula dengan kejahatan yang kita lakukan, memang orang lain yang merasakan akibat dari kejahatan kita, tetapi tetap kejahatan tersebut nantinya akan kembali kepada kita juga. Semoga kita tergolong umat Nabi Muhammad SAW yang selalu menebar kebaikan dengan sesama, insyaAllah kita mendapat Syafaat beliau di Yaumul Akhir kelak, Aamiin Ya Robbal Alamin.