Mohon tunggu...
Nur Khasanah
Nur Khasanah Mohon Tunggu... Penulis - Mencari dan Berbagi Pengetahuan Dengan Menulis

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dalam Pertemuan Pasti Ada Diskusi

1 Maret 2020   16:38 Diperbarui: 1 Maret 2020   16:36 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan rumah tangga, adalah pekerjaan yang sangat dominan dengan pekerjaan rumah, seperti memasak, mengurus anak, mencuci, dan yang lainnya yang berhubungan dengan beres-beres rumah. Kadang ada sebagian orang yang merasa jenuh dengan pekerjaan rumah tersebut yang akhirnya memilih kegiatan diluar, walaupun sebagian orang juga ada yang tetap enjoy dengan pekerjaan rumah tersebut.

Di desa kami, yakni Desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan, ada sekelompok perempuan yang membentuk komunitas, yaitu Kelompok Selapanan. Kelompok ini dibentuk oleh Tim Formasi/Kompak/Taff, 2 tahun yang lalu. Di beri nama Selapanan, asal kata bahasa Jawa yang artinya Salapan=36 hari. Maka kegiatan ini berlangsung sekitar 36 hari sekali mengadakan pertemuan.

Kelompok Selapanan Desa Kedungoleng, Kecamatan Paguyangan/Dokpri
Kelompok Selapanan Desa Kedungoleng, Kecamatan Paguyangan/Dokpri
Beranggotakan perempuan-perempuan yang awalnya tidak tahu menahu tentang desa, dan dengan diselenggarakannya pertemuan 36 hari sekali, mereka berdiskusi terutama dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang ada di desa, maka perubahan yang terjadi sangat baik, mereka lebih peduli dengan desanya. 

Sebagai contoh untuk tahun lalu, kelompok ini atas dampingan dari Formasi/Kompak/Taff, mampu mendata ratusan anak-anak yang belum memiliki akte kelahiran, hingga kemudian anak-anak tersebut dapat memiliki akte kelahiran secara gratis untuk anak usia 0-18 tahun.

Sebagai bentuk kebanggaan Desa terhadap kelompok tersebut, kemudian atas dampingan Formasi/Kompak juga, kelompok tersebut diakui oleh Desa sebagai milik Desa, dan kemudian dari Desa memberikan anggaran untuk sekedar memberikan konsumsi di setiap pertemuan.

Selapanan kini bukan hanya dikenal oleh Desa, namun juga oleh masyarakat sekitar. Kegiatannya bukan hanya mendata anak-anak yang belum memiliki akte kelahiran, namun juga mendata anak-anak Disabilitas yang masih usia produktif, yang nantinya akan mendapat bantuan pelatihan dari Desa sesuai dengan kebutuhan mereka.

Intinya, pertemuan dan diskusi yang mereka laksanakan setiap 36 hari sekali, membawa nilai positif, baik bagi kelompok itu sendiri, bagi Desa, dan bagi orang lain. Mereka mengerjakan itu semua dengan diniati ikhlas, ibadah, tanpa mengharap imbalan dari orang lain. Bagi mereka, sudah diakui oleh desa, dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di desa juga sudah cukup membuat mereka bersemangat.

Kesadaran akan manfaatnya bertemu dan menghasilkan suatu diskusi, sudah tumbuh di hati mereka, sehingga mereka selalu hadir dalam setiap pertemuan. 

Mereka senang berdiskusi tentang banyak hal, karena ternyata dalam diskusi tersebut menghasilkan suatu keputusan yang positif, dibandingkan mereka hanya diam di rumah. Paling tidak mereka sudah belajar berorganisasi, dan bersosialisasi dengan orang lain, yang membawa dampak baik bagi mereka untuk lebih peduli dengan keadaan di sekitar atau keadaan desanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun