Nyi Ratna Herang adalah seorang putri bungsu dari kerajaan Pakuan (Pakwan) yang terkenal akan kecantikannya. Ia memiliki rambut yang indah dan panjang hampir selutut. Nyi Ratna Herang memiliki seorang kakak perempuan yang sudah bersuami.Â
Singkat cerita, kakak iparnya jatuh cinta pada Nyi Ratna Herang karena paras cantiknya. Ia pun berniat melamar Nyi Ratna Herang sebagai istri keduanya. Setelah mendapat persetujuan dari sang isteri, sang kakak ipar pun datang melamar Nyi Ratna.Â
Namun, lamaran itu ditolak karena Nyi Ratna Herang tidak ingin menyakiti hati kakak kandungnya sendiri. Penolakan tersebut tidak membuat kakak iparnya mundur, ia justru semakin mendesak Nyi Ratna Herang untuk menerima lamarannya.Â
Merasa terus didesak, Nyi Ratna Herang memutuskan untuk pergi dari kerajaan. Namun, kepergiannya selalu diikuti oleh kakak iparnya sampai-sampai Nyi Ratna Herang harus berpindah-pindah tempat demi bersembunyi dari kejaran sang kakak ipar.Â
Ada yang mengatakan Nyi Ratna Herang memiliki ilmu yang membuatnya bisa terbang sehingga ia bisa menyinggahi berbagai tempat. Tempat-tempat yang disinggahi oleh Nyi Ratna Herang selama pelariannya menjadi asal muasal terbentuknya nama daerah tersebut.
Tempat pertama yang disinggahi Nyi Ratna Herang adalah daerah yang sudah berpenghuni. Masyarakat-masyarakat di daerah tersebut terkagum-kagum melihat kecantikan Nyi Ratna Herang. Kagum dalam bahasa Sunda adalah 'giur' sehingga daerah tersebut diberi nama Cigugur. Namun, Nyi Ratna Herang harus pergi dari tempat itu setelah kakak iparnya mengetahui keberadaannya.
Tempat kedua yang disinggahi Nyi Ratna Herang adalah daerah tegalan atau sawah yang tidak terurus dan dipenuhi rumput. Nyi Ratna Herang pun menulis sesuatu di tegalan tersebut dengan sebuah ranting. Oleh sebab itu, daerah tersebut dinamai desa panulisan yang berasal dari kata 'nulis'. Lagi-lagi Nyi Ratna Herang harus meninggalkan daerah tersebut setelah kakak iparnya menemukan keberadaannya di sana.
Tempat ketiga yang disinggahi Nyi Ratna Herang adalah sebuah daerah yang berada di timur. Orang-orang di daerah tersebut begitu mengagung-agungkan kecantikan Nyi Ratna Herang sehingga daerah tersebut diberi nama Luragung yang berasal dari kata 'agung'.
Tempat keempat atau tempat pelarian terakhir yang disinggahi Nyi Ratna Herang adalah daerah yang memiliki sebuah situ dengan air yang sangat jernih. Jernih dalam bahasa Sunda adalah 'herang'.Â
Saat Nyi Ratna Herang sedang duduk di pinggir situ menikmati air yang jernih, kakak iparnya tiba-tiba muncul mengejutkan Nyi Ratna Herang. Tidak ada pilihan lain, Nyi Ratna Herang memilih untuk menceburkan diri ke dalam situ tersebut.Â