3. Nilai Sosial
Wujud nilai sosial dalam novel ini adalah tokoh Aki sebagai orang yang digambarkan selalu bersikap baik kepada orang lain terutama orang-orang terdekatnya.
"Tidak ada orang yang tahu, apakah Aki pernah ingat kepada Tuhan. Sembahyang ia tidak pernah, puasa pun tidak. Tapi ia dari dulu baik hati kepada siapa pun..." (Aki, 2021: 3)
4. Nilai Budaya
Pada masa awal-awal kemerdekaan, banyak orang-orang yang meramalkan hari kematian mereka karena tekanan dari pergolakan politik. Dalam novel Aki, pengarang menyampaikan pesan perlunya sikap optimis dalam menghadapi carut marut kehidupan selepas revolusi kemerdekaan.Â
3. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan tergambar dari sosok Aki yang semangat melanjutkan pendidikannya meski usianya sudah mencapai 42 tahun. Ia kembali berkuliah mengambil jurusan Hukum dan ingin menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang akademisi.
"Sulasmi, aku sekolah tinggi untuk mencapai titel meester in the rechten. Oh, alangkah manisnya kedengarannya titel itu. Aku belum tua dan aku tidak jadi mati umur enam puluh tahun. Aku mau hidup seratus tahun. Lima puluh tahun dari hidupku akan kuberikan kepada menjadi pegawai. Cukup? Nah yang lima puluh tahun lagi akan kupergunakan untuk hidup sebagai akademikus." (Aki, 2021: 55).
Kelebihan novel ini adalah menggunakan alur maju sehingga jalan cerita mudah untuk dipahami. Novel ini mengandung makna mendalam baik secara eksplisit maupun implisit. Meskipun begitu, novel ini memiliki kekurangan yaitu menggunakan bahasa Melayu sehingga terdapat beberapa kosa kata yang mungkin sulit dipahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H