Mohon tunggu...
Nur Khasanah
Nur Khasanah Mohon Tunggu... -

Mantan TKW di Abu Dhabi, kini pendidik TK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Video Mesum dan Kerusakan Otak

24 April 2012   12:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:10 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PAGI tadi saya membaca berita hasil penelitian  salah satu pakar neurologi yang menyimpulkan tayangan video porno dapat merusak otak. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/neurology/2285574-antaranews-com/. Sore tadi saya saksikan sebuah tayangan berita heboh di sebuah channel televise swasta tentang video mesum yang diduga melibatkan politisi ternama negeri ini.  Ada apa ini?

Tayangan porno tak ada habis-habisnya diperbincangkan. Timbul tenggelam seperti ikan berenang. Kini publik kembali dikejutkan berita peredaran foto dan video syur di internet yang diduga melibatkan pasangan politisi mesum.   Beruntung situs penayang aksi tak bermoral itu kabarnya sudah diblokir sehingga sumber penyakit itu tak merebak terlalu jauh.

Kenapa saya katakana sumber penyakit. Ya, karena jika video porno ini tersebar luas dan bebas diakses masyarakat, tentu menimbulkan ekses yang serius.  Apalagi jika dugaan keterlibatan tokoh penting (wakil rakyat) itu benar, maka dampak penyakit yang ditimbulkan bisa berlipat-lipat.

Tayangan porno di satu sisi ditentang dan dihebohkan karena dianggap tabu dan melanggar norma. Tetapi faktanya, secara diam-diam maupun terang-terangan, banyak yang menontonnya.  Sebagian ada  yang kecanduan, atau sekadar iseng untuk menumpahkan rasa penasaran.

Rasa penasaran dan kecenderungan menonton video porno saja sudah tergolong penyakit mental, apalagi jika benar-benar menontonnya, kemudian menyiarkannya kesana-kemari untuk menambah kehebohan.  Meskipun pakar telematika, Roy Suryo belum berani memastikan dua orang yang berperan dalam foto dan video porno adalah anggota DPR, namun masyarakat telanjur menerima kesimpulan bahwa pelakunya adalah mister dan nona “X .

Bantah-membantah sudah biasa terjadi dalam perkara semacam itu. Ungkapan klise “mana ada maling ngaku”  tampaknya masih diamini publik.  Para pelaku kejahatan umumnya tak mau mengaku salah jika tidak kepepet. Selalu berkilah dan memutar alibi.

Tapi yang menjadi fokus tulisan ini bukan itu, melainkan peringatan penting sebagaimana saya catat pada paragraph awal, bahwa menonton video porno itu berbahaya bagi otak kita. Kesimpulan ini tidak mengada-ada, tetapi  merupakan hasil temuan neurologis Gert Holstege dari University of Groningen Medical Center Belanda, sebagaimana dilaporkan  situs LiveScience. Menurut Holstege, menyaksikan tayangan porno berakibat buruk, yakni tidak berfungsinya bagian otak yang memproses rangsangan visual.
Ini merupakan alarm penting bagi kita agar tidak gegabah dan hanyut dalam pusaran tayangan porno yang mungkin akan terus disuguhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun