Mohon tunggu...
Sosbud

"Sebidang Tanah dan Air, Ex-Belanda" bernama INDONESIA

16 Agustus 2009   00:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:49 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan Se-enak "Udel"-nya Belanda dan Inggris membelah Kalimantan dengan garis-garis lurus dan berbelok-belok diatas kertas bernama peta, dalam suatu pertemuan yang diakhiri dengan sebuah "Pesta Dansa."

"Tumasik"  dan "Bengkuleen" ditukar bagai Cendera mata hari Valentine.

Secara romantis,  Jayakarta dijadikan  Ibukota, dengan alasan "Rindu" kampung halaman. "Jayakarta" mirip "Amsterdam" sama-sama  rawan banjir, ooh...... sungguh halus perasaan "Para hidung Mancung, rambut pirang dan kulit transparan" ini.

Selesaikah  "Dansa" mereka di 17 Aagustus 1945  ???

Ternyata,  tarian mereka terus berlangsung hingga detik ini dan mungkin nanti, "SHELL"  yang  serasi berpasangan dengan "BP" dengan lincahnya menggarap "Ex-Tanah Jajahan"  dalam irama "waltz," ditingkah oleh tepuk tangan "EXXON, CHEVRON, CONOCO dan teman-teman lainnya."  Sementara para "Pembesar-Pembesar negeri" dan "Hulubalang" ikut pula manggut-manggut dalam "PESTA" ini dengan memakai peci.

Lantas Apa  yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945  ???

Yang Merdeka adalah INDONESIA, yakni sejumlah wilayah yang terdiri dari tanah dan air "EX-BELANDA."  Dengan garis-garis dan titik-titik  batas  yang juga dibikinkan oleh "Belanda" beserta "teman-temannya," yang dengan garis-garis dan titik-titik itu pula "Tanah dan Air" ini akan tetap tergenggam ditangan, meski   telah  merdeka. Garis-garis yang mungkin tak diharapkan Wangsa Syailendra, atau Patih Gadjah Mada. Garis-garis yang secara "matang" dibuat untuk menjadi "SUMBER BENCANA" di "JAMRUD KHATULISTIWA" ini.

Dengan garis dan batas yang dibuatkan oleh mereka itulah  "KITA MEREGANG NYAWA" mencoba mendefinisikan "INDONESIA" dengan segenap jiwa dan raga kita.

Berbekal peta itulah, "DENGAN TERTATIH TATIH dan BERDARAH-DARAH" kita mencari "INDONESIA."

Garis-garis dan titik-titik yang membabat habis sejarah panjang NUSANTARA dengan segala latar  budaya dan sumberdayanya.

Ke Pengadilan Perang di "Den Haag,"  bisakah "KEADILAN" kita mohonkan ???

Bukan untuk minta kompensasi atas prilaku "Ke-binatangan  Westerling."

Tetapi memohon ke Mahkamah Den Haag untuk men "TIP-EX"  garis-garis dan titik yang ada di peta itu, untuk selanjutnya akan kita olah sendiri secara bersama dalam "SELERA NUSANTARA" yang tak begitu faham rasa "Keju."

Naif  !!!

Seperti naif-nya  kita dalam mendefinisikan Indonesia berbekal "PETA" dari sebuah "Pesta Dansa."

Maafkan kami wahai.. "PARA PAHLAWAN NEGERI," yang begitu "LEMAH" dalam mengartikan pesan-pesanmu.....

Dirgahayu INDONESIA-ku ......... tak kan berhenti aku mencari-mu....!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun