kami melakukan kunjungan ke desa cirendeu, desa yang terletak di bandung ini memiliki banyak keunikan tersendiri.
dan juga desa ini merupakan salah satu desa di indonesia yang menggunakan singkong sebagai bahan pangan sehari hari mereka melainkan nasi.
bahan poko makanan mereka yang bernama rasi singkong sudah mereka laksanakan sejak turun temurun dari nenek moyang mereka, yang mana dulu pada saat masa penjajahan jepang.
Indonesia krisis pangan dikarenakan jepang merampas semua padi untuk diolah menjadi beras maka dari itu orang tua jaman  dulu memutar otak agar tetap bisa tercukupi bahan makanan, maka dari itu meraka mulai mengkonsumsi rasi singkong sebagai nasi gantinya, dan tradisi itu bertahan hingga sekarang dan para masyarakatnya juga melakukan itu dengan senang hati dan dalam rangka menghargai para pejuang di jaman dulu.
Kampung cirendeu ini termasuk salah satu desa yang dimana masyarakatnya menganut agama dari nenek moyang yaitu sunda wiwitan.
yang dimana sunda wiwitan ini merupakan kepercayaam yang telah diturunkan dari nenek moyang mereka yang diteruskan oleh peneruspenerusnya ada hingga sekarang.
setelah kami kurang lebih 1jam berbincang bincang mengenai kepercayaan sunda wiwitan dan juga mengenai desa dan keunikannya kami diajak hiking oleh warga desa setempat.
kami memulai hiking ke puncak salam di jam 11 kami menyelesaikan sampai kepuncak jam 2 siang di perjalanan kami berbincang bincang dengan warga desa asli cirendeu, dan kami juga melaksanakan hikingnya tanpa menggunakan alas kaki
setelah perjalanan yang cukup menguras tenaga kami akhirnya sampai di tiitik puncak salam bersama semua teman dan kami menyempatkan untuk berfoto ria dengan alam.
setelah kami istirahat di puncak kamipun memutuskan untuk turun dan makan, ternyata kami sudah dtunggu dibawah dan disajikan rasi singkong yang mana rasi ini adalah khas makanan dari desa cirendeu ini.
setelah kami menyantap makanan kami diajak untuk mencoba bermain angklng bersama sama, akhirnya kami bergliran satu sama lain untuk emmainkan angklung yang dipandu khusus oleh warga yang sudah berpengalam bermain angklung namanya adalah kang yayan.
kurang lebih 2 jam kami mencoba angklung dan berbincang bincang mengenai seni dan alat tradisonal lainnya kami pun memutuskan untuk kembali ke asrama kami.
sebelum pulang kami menyempatkan untuk berfoto agar menjadi kenangan bersama dengan kang yayan dan desa cirendeu yang cantik dan unik.
di tempat kami dipersatukan dan diperlihatkan indahnya eberagaman suku budaya dan agama yang berdampingan satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H