Mohon tunggu...
Nur Khabibah
Nur Khabibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi, Universitas Trunojoyo Madura

Program Studi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi sebagai Biang Keladi Keberlangsungan Tradisi

7 Juni 2021   21:15 Diperbarui: 7 Juni 2021   21:20 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

(Studi Masyarakat Desa Urangagung, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo)

Tatanan kehidupan masyarakat tidak dilepaskan dari keberadaan masyarakat wilayah tersebut berdasarkan letak wilayahnya, dimana letak wilayah akan mempengaruhi tatanan dan etnografi baik dalam kehidupan sosial atau budaya dari kehidupan masyarakat di dalamnya.  

Berdasarkan letak wilayah yang dimiliki, masyarakat Desa Urangagung merupakan masyarakat yang hidup di daerah suburban yang berada di antara wilayah perkotaan. 

Tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Desa Urangagung tidak sepenuhnya dapat dikatakan masih sebagai wilayah pedesaan atau perkotaan, melainkan ada sebagian yang masih bisa diklasifikasikan sebagai tatanan masyarakat pedesaan dan ada pula yang sudah termasuk dalam kriteria tatanan kehidupan masyarakat perkotaan. 

Tatanan kehidupan masyarakat Desa Urangagung sebagai wilayah dengan masyarakat yang bersifat pedesaan terikat oleh aktivitas tradisi dan kebiasaan yang sudah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama dan dilestarikan secara turun-temurun antar generasi. 

Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah keadaan sosial masyarakat yang dipengaruhi oleh pola pikir yang mereka pahami, adanya kesadaran dalam menjalankan dan melestarikan budaya yang sudah mereka jalani, dan adanya norma atau sanksi sosial tidak tertulis yang mengikat masyarakat untuk mentaati pelaksanaan tradisi atau budaya tersebut. Sehingga, melalui adanya tradisi dan budaya tersebut, keadaan sosial masyarakat mengalami keteraturan.

               Keberlangsungan tradisi dan budaya yang telah lama dijalankan oleh masyarakat Desa Urangagung saat ini harus terhambat bahkan dilarang dan tidak dilaksanakan. Hal ini disebabkan tidak lain adalah sebagai dampak dari adanya pandemi Covid-19 beserta kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kemunculan wabah ini mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan baru yang berlaku bagi seluruh masyarakat yang dampaknya adalah diterapkannya era kehidupan baru atau new normal. Sehingga, melalui adanya kebijakan baru ini akan merubah kehidupan sosial budaya masyarakat yang telah dijalankan sebelumnya, salah satunya adalah keberlangsungan tradisi dan budaya yang mereka miliki dan jalani seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Urangagung. Perubahan yang ada sebagai dampak dari adanya pandemi Covid-19 terhadap tradisi masyarakat Desa Urangagung terletak pada pelaksanaan dari keberlangsungan tradisi dan pola kehidupan masyarakat yang baru saat keberlangsungan dari tradisi yang mereka jalani telah berubah.

               Tradisi kebudayaan yang mengatur pola kehidupan masyarakat Desa Urangagung dalam membentuk masyarakat yang teratur adalah tradisi keagamaan. Hal ini disebabkan karena nilai keagamaan masih dijunjung tinggi dalam masyarakat Desa Urangagung sehingga tertanam kesadaran diri untuk tetap melaksanakan tradisi agar tetap lestari, terjaga, dan terlaksana. Penerapan dari tradisi keagamaan yang dijalankan oleh masyarakat Desa Urangagung, diantaranya adalah tradisi diba'an, tahlil, dan khataman. Pelaksanaan dan penerapan dari tradisi ini melibatkan semua anggota masyarakat mulai dari para remaja hingga para lansia.

               Pertama, Tradisi diba'an merupakan kebiasaan masyarakat Desa Urangagung yang dilakukan setiap hari Jumat tepatnya setelah dilaksanakannya ibadah sholat maghrib sampai dengan pukul 19.30 pada rumah masyarakat secara bergantian. Adanya tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun dalam masyarakat. Anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tradisi ini adalah para wanita dari semua usia, terutama para remaja, ibu rumah tangga, dan lansia. Tradisi ini bertujuan untuk menanamkan dan memperkuat nilai agama dalam masyarakat serta menanamkan nilai sosial antara masyarakat yang satu dengan yang lain melalui pertemuan tersebut. Kedua, Tradisi tahlil merupakan tradisi rutinan yang dilaksanakan oleh Masyarakat Desa Urangagung pada hari Kamis setelah dilakukannya sholat Isya bagi laki-laki dan setelah sholat Ashar bagi para perempuan. Terselenggarakannya tradisi ini melibatkan anggota masyarakat mulai dari dewasa hingga tua. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun ketika terdapat salah satu anggota masyarakat yang sedang berduka karena ada anggota keluarga atau kerabat yang meninggal sebagai bentuk dari kepedulian masyarakat terhadap pihak yang berduka. Selain itu, dilaksanakannya tradisi ini juga dapat mempererat solidaritas antar masyarakat sehingga kehidupan sosial masyarakat lebih teratur.

               Pelaksanaan dari adanya tradisi dalam masyarakat Desa Urangagung yaitu masyarakat datang di tempat atau rumah tetangga yang telah dipilih secara bersama, kemudian melakukan kegiatan dari tradisi tersebut, dan ketika kegiatan tersebut selesai pemilik rumah akan menyuguhkan hidangan dan memberikan makanan kepada masyarakat yang hadir dalam tradisi tersebut diiringi dengan obrolan dan diskusi antar masyarakat yang satu dengan yang lain yang menyebabkan ada interaksi di dalamnya.

               Kemunculan pandemi Covid-19 telah mengubah pelaksanaan dan menghentikan keberlangsungan dari tradisi tersebut melalui kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah yang diantaranya seperti memakai masker, menjaga jarak, dan menghindari kontak fisik/tatap muka secara langsung telah membuat keberlangsungan tradisi tersebut terhenti. Terhentinya pelaksanaan tradisi dalam masyarakat inilah menimbulkan perubahan dan masalah baru dalam masyarakat berupa ketidakteraturan dan renggangnya hubungan atau interaksi antar masyarakat dalam kehidupan sosialnya. Ketidakteraturan yang muncul disebabkan ka

               Selain itu, adanya pandemi Covid-19 juga turut terlibat dalam pemicu terjadinya konflik antar masyarakat. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, adanya konflik ini dilatarbelakangi karena perbedaan persepsi. Konflik ini terjadi saat tradisi masih dilakukan di era awal munculnya pandemi yang dilatarbelakangi karena adanya penolakan dari anggota masyarakat terhadap sajian yang diberikan yang ditunjukkan dengan tindakan yang saat itu dianjurkan yaitu memakai masker. Perbedaan persepsi itu muncul melalui tindakan tersebut yang didefinisikan tidak mau menerima hidangan yang disajikan karena makanan tersebut mengandung virus. Padahal jika dilihat berdasarkan tindakan yang dilakukan, sebenarnya tindakan tersebut adalah tindakan yang benar dan perlu diterapkan karena sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan. Hal ini menjadi tindakan yang benar karena tradisi yang dilakukan adalah tatap muka dan terdapat interaksi secara langsung yang merupakan penularan utama dari virus tersebut.

               Tradisi lain yang juga dimiliki oleh Desa Urangagung diantaranya adalah tradisi tumpeng pitu. Tradisi tumpeng pitu merupakan tradisi yang digelar menjelang maulid nabi yang dilaksanakan di tempat bersejarah di Desa Urangagung yaitu Situs Sendang Agung. Tradisi ini dilakukan oleh seluruh masyarakat Desa Urangagung dan termasuk dalam agenda kegiatan desa setiap tahun. Tujuan dari dilaksanakannya tradisi ini adalah melestarikan budaya yang ada agar tidak punah, memupuk rasa kerukunan dan solidaritas pada masyarakat, dan sebagai bentuk simbolik dari rasa syukur terhadap Tuhan atas hasil bumi yang diterima oleh masyarakat berupa padi dan tanaman lainnya. Pelaksanaan dari kegiatan tradisi ini adalah dengan melakukan arak-arakan menuju situs bersejarah tersebut yang melibatkan seluruh anggota masyarakat Desa Urangagung dengan membawa olahan hasil alam berupa tumpeng yang berukuran cukup besar berjumlah pitu atau tujuh dan tumpeng kecil yang berjumlah tujuh. Sesampainya di tempat yang dituju, akan dilaksanakan acara berdoa bersama dengan mengharap limpahan hasil bumi dan kemudian diakhiri dengan menikmati hidangan tumpeng yang ada secara bersama-sama.

               Tradisi ini tentu turut mengalami perubahan keberlangsungan sejak adanya pandemi Covid-19. Pada awal kemunculan adanya pandemi Covid-19, tradisi ini tetap dilakukan dengan himbauan tetap menerapkan protokol kesehatan salah satunya adalah memakai masker, tetapi hal ini tidak terealisasikan dengan baik oleh masyarakat sehingga mendapatkan larangan keras oleh pihak desa karena dianggap telah melanggar kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yaitu kerumunan, tidak diterapkannya social distancing dan protokol kesehatan. Sehingga sejak saat itulah tradisi ini tidak dilaksanakan karena tidak ada alternatif lain untuk melaksanakan kegiatan dengan menghindari adanya kerumunan.

               Maka, adanya pandemi Covid-19 bagi masyarakat Desa Urangagung memberikan pengaruh yang signifikan atas keberlangsungan tradisi dan budaya yang telah dijalani dan diterapkan oleh masyarakat berupa hambatan keberlangsungan dan penghentian aktivitas tradisi tersebut. Hal ini disebabkan karena tradisi yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Masyarakat Desa Urangagung mayoritas dilaksanakan secara tatap muka atau adanya pertemuan antara masyarakat yang tentu berseberangan dengan kebijakan pemerintah yaitu menghindari kerumunan dan kontak fisik secara langsung. Selain itu, tidak terealisasikannya kebijakan dan protokol kesehatan pada masyarakat sebagai pelaku tradisi juga menjadi salah satu penyebab bahwa masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan tradisi tersebut selama pandemi Covid-19. Tidak adanya realisasi yang menyeluruh terkait perintah kebijakan dan protokol kesehatan disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, minimnya pengetahuan tentang wabah, dan faktor pengetahuan yang mereka miliki. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait pelaksanaan tradisi pada masyarakat Desa Urangagung selama pandemi Covid-19, terhambatnya keberlangsungan tradisi disebabkan karena tidak diterapkannya protokol kesehatan pada pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena masyarakat merasa kerepotan dan merasa lebih di ribetkan yang didasari berbagai alasan, misalnya nafas menjadi lebih terganggu ketika menggunakan masker, repot dalam pembelian masker, dan ketidaknyamanan ketika melakukan jaga jarak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun