Mohon tunggu...
Nurkaib Nurkaib
Nurkaib Nurkaib Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Orang biasa yang ingin tetap jadi orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Pertama "Ngeprint" dengan Canon

25 Mei 2014   06:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Canon BJC 8200, desainnya masih unyu-unyu"][/caption] Saat itu penghujung tahun 2000, entah bulan Desember atau November. Itulah tahun pertama saya menjadi seorang mahasiswa pada sebuah kampus di Jakarta.

Ketika itu, di kalangan teman-teman kamisatu almamater, yang namanya komputer, printer, dan apalagi internet merupakan barang langka dan relatif masih cukup mahal. Harga satu set komputer dengan prosesor Pentium II (tanpa printer) pada waktu itu—kalau tidak salah—masih berkisar pada angka Rp3 juta. Padahal harga sewa rumah yang kami tinggali “hanya” Rp2 juta per tahun. Tarif sewa internet di warnet (warung internet) waktu itu sekira Rp6.000 sampai Rp10.000 per jam. Bandingkan dengan tarif angkutan kota Kopaja dan Metro Mini yang masih Rp700 atau Rp900.

Meski begitu saya merasa beruntung karena tinggal di sekretariat sebuah organisasi kemahasiswaan. Di sekretariat ini terdapat sebuah perangkat komputer yang boleh digunakan oleh anggota organisasi, baik untuk kepentingan organisasi maupun pribadi. Di sinilah saya mulai terampil menggunakan aplikasi pengolah kata semisal Word dan Excel untuk berbagai keperluan. Untuk keperluan mencetak dokumen, kami terpaksa pergi ke kios rental komputer karena kami tidak mempunyai mesin printer sendiri.

Kembali pada bulan November atau Desember tahun 2000.

Saat itu kami sedang mempersiapkan suatu acara seminar. Kebetulan saya bertugas untuk menyiapkan dokumen surat-menyurat. Karena pada pagi dan siang hari kami di kampus, persiapan sering kami kerjakan pada malam hari.

Saat itu malam sudah mendekati pagi ketika ketua panitia datang lalu menyuruh saya membuat surat undangan kepada beberapa orang yang cukup penting bagi kami. Sekitar pukul 01.00 undangan sudah selesai kuketik. Maksud hati ingin beranjak tidur, tetapi sang ketua mengajak saya untuk keluar ke rental komputer. “Surat undangan itu harus dicetak sekarang,” katanya, karena besok pagi-pagi harus dibawa untuk diserahkan kepada orang yang diundang.

Kami pun berangkat ke bilangan Pasar Minggu, di sekitar Universitas Nasional. Beberapa rental yang kami datangi sudah tutup. Namun syukurlah, ternyata masih ada satu yang buka, tetapi hampir tutup. Kami pun mencetak dokumen di rental itu. Ternyata rental itu menggunakan printer Canon. Kalau tidak salah tipenya BJC-8200. Suaranya pelan, tidak bising, dan hasil cetak warnanya sangat bagus untuk ukuran saat itu.

Ketika hendak pulang, saya sempat bertanya kepada penjaga rental, “Kenapa pakai Canon?”

“Hasilnya bagus, cepat, dan irit tinta,” jawabnya.

Beberapa bulan kemudian, ketika kami hendak membeli printer, kami pun membeli printer Canon.[]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun