Aceh dikenal sebagai daerah yang sangat kaya akan keanekaragaman budaya yang menjadi kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal aceh yang masih dipertahankan sampai saat ini yaitu tradisi Meugang.
Terhitung setahun lebih sudah pandemi melanda negeri kita Indonesia. Saat ini menjelang kali kedua meugang di Aceh akan dilaksanakan di tengah pandemi.Â
Meugang tahun ini menjadi sedikit berbeda dengan tahun lalu karena kali ini kita sudah memasuki masa new normal. Yang mana di tahun sebelumnya pandemi masih merajalela dimana-mana hingga terjadi penetapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh pemerintah. Bahkan tahun lalu beberapa pemkab dan pemkot di Aceh membuat peraturan terkait larangan tradisi jual daging meugang.Â
Meskipun  saat ini telah memasuki masa new normal tetap saja meugang kali ini pun harus mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan terutama ketika berada di kerumunan pasar.
Meugang merupakan salah satu tradisi masyarakat aceh menjelang puasa ramadhan. Â Meugang menjelang ramadhan kerap dilakukan di akhir bulan syakban.Â
Dalam setahun masyarakat Aceh  dapat melakukan tradisi ini sebanyak tiga kali, yakni meugang menyambut puasa, meugang hari raya idul fitri, dan terakhir meugang hari raya idul adha.Â
Meugang identik dengan memasak daging sapi dan menyantapnya bersama sanak keluarga. Meugang juga menjadi wadah penyambung tali silaturhmi antar keluarga.Â
Dimana pada hari itu anak dan orang tua berkumpul di rumah untuk menyantap masakan daging buatan ibu. Bagi anak perantauan menjadi kemalangan tersendiri dikarenakan akibat pandemi covid-19 yang tak kunjung berakhir banyak diantara mereka yang tidak dapat pulang ke kampung halaman. Hal itu disebabkan pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan larangan mudik lebaran per tanggal 6-17 mei 2021.Â
Yang mana hal ini tentu membuat para anak perantauan di luar daerah maupun luar negeri tidak dapat pulang ke kampung halaman berkumpul bersama keluarga merayakan tradisi meugang sebelum lebaran.
Bagi mereka yang benar-benar ingin pulang kampung tentu saja dapat memanfaatkan momen meugang sebelum ramadhan ini dirumah sebelum sampai waktu batasan mudik yang dilarang.Â
Tentu saja dalam kondisi seperti ini harus merogoh kocek yang tentu saja tidak sedikit untuk bolak balik ke kampung halaman dan perantauan.Â
Sebaliknya jikalaupun tidak bisa merayakan meugang di kampung halaman, mereka anak perantauan dapat memanfaatkan kecanggihan telepon pintar dengan melakukan telepon dan video call bersama keluarga serasa turut ikut merayakan meugang di kampung halaman.Â
Meski tak menapik pasti rasa sedih haru akan dirasakan karena tidak dapat langsung berkumpul bersama keluarga menyantap hidangan daging di meja makan.
Tradisi meugang ini dapat dikatakan pula menjadi ladang rezeki bagi para pedagang daging. Lihat saja 3 atau 4 hari sebelum meugang di pasar sudah diramaikan dengan para  penjual dan pemburu daging. Biasanya masyarakat kota Langsa membeli daging sudah sejak 3 hari sebelum meugang, hal itu dilakukan untuk menghindari kepadatan pembeli yang kerap membeli sehari sebelum meugang.Â
Tidak hanya untuk persiapan meugang saja, masyarakat juga memburu daging sekaligus untuk persediaan santapan berbuka puasa dan sahur. Tentu saja dengan perkembangan teknologi masyarakat dapat menyimpan daging di dalam freezer selama beberapa hari kedepan agar daging tetap segar.
Di kota Langsa khususnya desa Buket Meutuah tradisi meugang senantiasa dirayakan oleh berbagai kalangan, baik keluarga kategori kurang mampu, menengah, maupun sangat mampu.Â
Hal ini dikarenakan pemerintahan kota Langsa memberikan perhatian lebih kepada masyarakat khususnya para perangkat desa buket meutuah dengan memberikan santunan berupa uang senilai 150.000 untuk memebeli daging  meugang bagi masyarakat yang kurang mampu.Â
Selain itu banyak diantara warga yang kerap memberikan hidangan daging yang sudah masak kepada para tetangga mereka. Hal ini diklakukan agar semua orang dapat merasakan nikmatnya tradisi meugang ini. Sehingga tak ada istilah hanya orang kaya sajalah yang dapat merayakan tradisi meugang ini.
Dapat dikatakan bahwa meugang menjadi momentum yang sangat penting dan berharga untuk dirayakan sekalipun di tengah kesulitan keuangan.Â
Banyak hikmah yang dapat diambil dari perayaan meugang diantaranya mempererat tali silaturrahim antar sanak keluarga dan tetangga, menjadi ladang rezeki bagi para pedagang daging sapi, dan yang ketiga menjadi momen untuk  lebih bersyukur atas segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT baik berupa kesehatan, harta dan keberkahan umur.
Penulis adalah Nurjannah, Mahasiswi Program Studi PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Langsa Peserta KPM TematikÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H