Sebagian tepi laut Cilincing sudah didam setinggi sepuluh meter. Hal itu untuk menghindari abrasi pantai. Jarak antara dam ke rumah penduduk sangat lebar dan panjang. Area itu biasa digunakan oleh kami untuk berjalan-jalan di pagi atau sore hari.
Seperti sore ini aku bermain sepeda di area yang luas dan asri itu.
Tiba-tiba mataku tertumpu pada Gilang, teman sekelasku. Ia sedang bersama adiknya, Dara.Â
"Hai Gilang!" sapaku tersenyum.
"Hai Zabir," sahut Gilang menengok dan melambaikan tangannya padaku.
Aku segera menghampirinya. Sekonyong-konyong adiknya Gilang itu memperhatikan sepedaku.
"Kak, aku mau naik sepeda itu." Dara menunjuk sepeda milikku. Aku pun terkejut.
"Nggak usah, Dik. Itu milik orang lain. Kakak bonceng saja ya," sahut Gilang.
Dara menangis dan berjongkok di dekat sepedaku. Dia tidak mau pulang.
"Kenapa, Dara? Mau dibonceng Kak Zabir?" tanyaku sambil mendekatinya.
Ia mengangguk.