Lelaki itu pernah menceraikannya saat ia baru melahirkan anak pertama, lalu meminta rujuk. Selanjutnya Karina hamil anak kedua kemudian diceraikan lagi sesudah kelahiran putra kedua mereka. Namun, kemudian rujuk lagi sehingga Karina yang meyakini tidak boleh ber-KB itu hamil lagi.Â
Makanya perempuan itu berusaha menjaga-jaga jangan sampai setelah anak ketiganya lahir, kata itu terucap lagi. Jika itu terjadi, rujuk tidak mungkin dilakukan kembali.Â
"Bagaimana nasib ketiga anak ini? Mereka masih kecil dan masih sangat membutuhkan kasih sayang dua orangtuanya secara lengkap," lirih Karina.
Ia bukan perempuan bodoh. Setidaknya punya selembar ijasah sarjana. Ia hanya ingin bekerja membantu ekonomi keluarga yang sangat kurang. Rumah sewaan sepetak yang kumuh dan ketiga anaknya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Â
Namun, Irvan selalu saja marah jika mendengarnya meminta ijin melamar pekerjaan, hingga kata itu terucap lagi.
Dengan perasaan teriris ia segera membereskan pakaian dan mengangkut ketiga anaknya yang masih kecil-kecil ke rumah ibunya.
Sang ibu sangat kesal mendengar penuturan Karina.
"Kurang ajar sekali si Irvan."
Begitu pun adik perempuannya, Yumna, yang masih belum menikah dan bekerja sebagai wakil personalia di sebuah perusahaan besar di Jakarta.
"Huh, kalau Yumna cowok, sudah kutonjok suamimu itu, Kak," kata adiknya itu geram.
Karina terdiam dengan  pikiran kosong. Ia hanya mampu menangis.