Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Madu Manis atau Madu Pahit?

16 Juni 2019   01:14 Diperbarui: 20 Juni 2019   05:28 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image from manfaat.co.id

Awalnya aku sama sekali tak tertarik, teringat beberapa kali promosi madu asli yang tak seindah warnanya. Promosi madu asli biasanya berbuntut penyesalan dan ketidakpuasan karena tiap tes yang dilakukan justru si madu yang lebih dahulu menampilkan kegagalan (Misalnya :  tak beku di kulkas, tak dikerumuni semut dan sebagainya).

"Berapa harga madunya bu? Tanyaku. Ia menyebutkan angka yang wajar dan selanjutnya transaksi madu asli pun berjalan. Aku berharap madu yang kubeli kali ini benar-benar madu asli dan memuaskan. Akhirnya kuperhatikan bagaimana suamiku yang telah terbukti berpengalaman dalam mengkonsumsi madu , memberikan komentarnya tentang madu ini.

"Dimana kamu beli madu ini, dik ?" Tanya suamiku. Aku berpikir mungkin rasa madu ini tak memuaskan, sehingga suamiku menjadi sangat  berkepentingan untuk urusan rasa madu hutan ini. Tapi ekspresinya positif, bahkan senyum dan kepuasan tercermin di wajahnya.

Setelah kuceritakan dimana kubeli madu ini, bang Bachtiar memintaku untuk membelinya lagi. "Madu ini benar-benar paten" begitu katanya bersemangat. Madu hutan ini ternyata mampu menaklukkan hatinya. 

Kutelpon bu Nafsiah, keceritakan tentang minatku untuk "meminang" madu-madunya kembali.  Beberapa saat Bu Nafsiah datang ke rumah. Sambil bercerita terlihat jelas betapa senyum dan kaca kaca menyerumbul di wajahnya. Ternyata putra semata wayangnya yang telah yatim sejak lama , nekad memanen madu di hutan untuk kebutuhan sekolahnya. Menutup seluruh tubuh dan wajah, menggunakan pisau, menggunakan tali dan baldi  atau entah apa lagi dilakukan remaja tersebut agar rejeki halal melalui manisnya madu-madu hutan ia dapatkan.

"Madunya sudah habis bu" kata bu Nafsiah

"Nanti kalau si Gam ke hutan lagi , akan saya simpan dua botol buat ibu dan bapak"

Biarlah si Gam tetap sekolah. Buku tabungan tetap boleh bertambah meskipun madu hutan belum siap dipanen. Si Gam yang cerdas dan bersemangat untuk sekolah tak hanya anak bu Nafsiah, namun juga anak kita semua.

Batoh, 15 Juni 2019    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun