Mohon tunggu...
Nur Janah Alsharafi
Nur Janah Alsharafi Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

ibu 4 anak dengan sejumlah aktivitas . Tulisan-tulisan ini didokumentasikan di blog saya : nurjanahpsikodista.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Idola Itu Bernama Ayah

22 Desember 2018   11:44 Diperbarui: 22 Desember 2018   15:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                 Image diambil dari : www.hipwee.com

Berhadapan dengan 20 perempuan dalam sebuah kelas adalah sesuatu yang langka bagiku. Biasanya kelas pelatihan yang kuhadapi  berisi laki-laki dan perempuan, sehingga kelas khusus seperti ini menjadi unik dan menarik. Perempuan muda dengan segudang prestasi dan masih meniti karir untuk meraih pencapaian yang lebih tinggi , menyuarakan sejuta harapan dan mimpi untuk maju. 

Biasanya kelas sebelumnya akan diawali dengan diskusi seputar pengenalan dan pemahaman diri, pengelolaan emosi, pengembangan motivasi  dan topik lain seputar pengembangan diri. Namun ada satu fenomena yang ingin kutuliskan hari ini yaitu tentang idola para perempuan muda ini. Aku tak tahu mengapa perempuan muda ini mayoritas (14 orang) mengidolakan 'Ayah' dalam dirinya. Dari jawabannya aku pilahkan menjadi  3  alasan mengapa mereka mengidolakan 'Ayah' nya, yaitu :

Tegas : ketegasan seorang laki-laki menjadi sebuah sifat yang agak langka pada diri perempuan. Walaupun saat ini banyak lahir perempuan yang bersifat tegas, namun diam diam perempuan mempunyai keinginan terpendam untuk bisa tegas seperti laki-laki. Apalagi seperti saya yang konon kabarnya berbintang Libra, suka timbang sana timbang sini. Ketegasan menjadi sesuatu yang mewah dan terus diperjuangkan. 

Para 'anak gadis ayah' ini ternyata sangat merindukan dan memimpikan sifat tegas seperti ayah mereka. Seperti rindunya adonan bolu pada 'ketegasan' cetakan bolu yang kokoh dan membentuk jati diri si bolu apakah berbentuk bulat atau kotak, barangkali itu pula kerinduan dan kecemburuan perempuan terhadap ketegasan laki-laki

Tanggung Jawab : Para ayah yang baik dan penuh tanggung jawab, demikian kesimpulan saya terhadap tokoh ayah yang dipunyai oleh sebagian peserta pelatihan ini. Kesadaran seorang ayah terhadap  perilakunya dan kesadaran akan kewajibannya membuat sosok ayah tampil memikul beban yang ada di pundaknya. Kekaguman 'anak gadis ayah' terhadap sifat tanggung jawab yang dimiliki sang ayah, membuat mereka bertekad ingin menjadi sosok insan yang penuh tanggung jawab. 

Sosok ayah yang bertanggung jawab, selain menjadikan sosok idola di hati mereka ternyata juga menginspirasi mereka untuk mewujudkan perilaku tersebut dalam bekerja maupun kehidupan sehari-hari. Bagaimana  kita  berkaca pada seekor ayah dari spesies monyet marmoset yang sangat bertanggung jawab pada anak-anaknya. Menyediakan punggung untuk dinaiki, menjaga , membersihkan dan menjadi teman anak-anaknya ketika bermain . Tentu saja sosok 'ayah' dari  manusia akan lebih dahsyat tampil bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

Tangguh :  Berjalan mendaki tanpa keluh kesah adalah kisah seorang ayah. Bergelut dalam peluh untuk mencari nafkah buat keluarganya merupakan dongeng indah seorang laki-laki tangguh yang tak pernah lekang oleh jaman. Dengan senyum dan berbinar sebagian peserta mengemukakan alasan ini ketika ditanya mengapa sosok ayah yang mereka idolakan. Ketangguhan sosok ayah menghadirkan nilai plus pada diri anak-anaknya. 

Bukan berarti ibu kurang tangguh, bahkan biasa jadi sosok ibu juga ada yang jauh lebih tangguh. Bagaimana sosok ayah yang tangguh mampu mengelola serangkaian tekanan menjadi sebuah prestasi, ternyata menjadi sebuah pelajaran bagi anak-anaknya. Ketangguhan juga diawali dengan komitmen. Komitmen yang kuat sebagai kepala keluarga, komitmen yang kuat sebagai suami, sebagai ayah , akan membuat sosok ayah tidak mudah menyerah dengan keadaan.  Ketangguhan seorang ayah, seibarat seribu pohon ceri yang tetap tegak berdiri pada musim dingin di tepian sungai Shiroishi (Jepang).

Ayah, sosok yang sering terlupa. Betapa ayah banyak mengisi sifat-sifat maskulin pada diri kita. Sifat-sifat maskulin yang banyak memberi kontribusi pada kompetensi para pekerja hebat seperti para srikandi di kelas pelatihanku tersebut. Paduan sifat maskulin dan feminin akan bertaut merajut sebuah kompetensi prima pada sumber daya insani kita. Selamat berjuang perempuan muda yang hebat, padukan sosok ayah dan ibu  pada dirimu.  (Tulisan ini pernah dimuat di Plukme)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun