"Dal, bisa hadirkan kembali kisah kelam itu dalam bingkai yang kau bangun"
"Dal, hadirkan kembali warna warna kelam masa lalumu dalam bingkai itu"
 "Dal, hadirkan kembali wajah wajah kejam orang orang yang menyiksamu"
Saat itu aliran darah Dal mengalir cepat, rona wajahnya merah padam, giginya gemeretak. Ia serasa ingin marah dan menelan apapun yang ada di hadapannya, namun ia tak kuasa.
"Dal, bangun jendela kecil yang indah di sudut sana. Hadirkan gambaran indah kehidupan yang kau inginkan"
"Dal, tarik nafas lembut . Nikmati setiap aliran udara yang kau hirup  dan hembuskan perlahan"
"Dal, jendela besar yang kelam redup dan kecilkan. Terangkan cahaya dan besarkan jendela indah kehidupan yang kau inginkan"
Dal pun tersenyum. Meski makin tua, masih nampak optimisme dan semangat di aura wajahnya. Perhatikan seksama, ternyata setiap kata positif adalah mukjizat bagi Dal. Kata-kata itu seakan menyihir setiap pori  kehidupannya. Dal tersenyum lega, ucapan hamdalah bergulir dari bibirnya.
"Ibu, aku lebih baik sekarang. Aku siap tuturkan setiap yang kulihat, kudengar bahkan setiap yang kurasakan pada masa masa kelam di kampung Sagu".
Dal mengucapkan itu dengan ringan, saat itu raga dan jiwanya seperti kapas yang lembut terbang tanpa beban dan tekanan. Matanya berbinar siap, mata hatinya berbinar siap. Dal, saksi kunci itu telah dikuatkan atas kehendak Allah swt.
Akupun tersenyum lega, ketika Dal dijemput oleh keponakannya dan beberapa orang dari Komisi Persaksian.  Dal, akan duduk di kursi panas itu. Dal adalah saksi kunci, semoga ia terus kuat bertutur yang benar dan sebenar benarnya. Dal melangkah keluar dari ruang terapi, fisiknya terlihat lelah namun wajahnya cerah . Bagi Dal, semangatnya untuk berkata benar menjadi energi  untuk sebuah kejujuran.