‘ini SK perpanjangan yang anda minta’
Si jaket hitam membaca email tersebut  dan ekspresinya berubah total dari ekspresi bermusuhan menjadi netral.
‘Kalau begitu saya ijinkan klien saya untuk diperiksa hari ini’
Lepas dari si jaket hitam , kini aku berhadapan dengan sosok peserta kompetisi kandidat calon Kepala Distrik Area Negri Antara. Sosok yang ini lagi, gumamku dalam hati. Seingatku sosok yang sama telah kuhadapi sebulan yang lalu, pada kompetisi umum. Ia gagal total dan dinyatakan tidak memenuhi kualifikasi untuk melanjutkan kompetisi. Ia hadir lagi semata-mata karena undang-undang negri memperbolehkan siapapun peserta kompetisi yang gagal pada kompetisi umum boleh meminta pemeriksaan ulang apabila dapat memperjuangkan surat ijin dari presiden. Kenyataannya ia ulet dan ia mendapatkan surat itu. Tepok jidat
‘Ijinkan saya menjelaskan lebih dahulu metode dan aspek pemeriksaan yang hendak dilakukan’
‘silakan’
‘Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kompetensi bapak sebagai kandidat kepala Distrik Area. Kompetensi yang akan diperiksa adalah kompetensi utama, kompetensi peran dan kompetensi pendukung’
‘Metode pemeriksaan multimethod sehingga Bapak akan dihadapkan pada soal tertulis, wawancara, studi kasus, simulasi dan metode pendukung lainnya’
Aku mencoba menyimak file pemeriksaan awal yang bersangkutan.  Kompetensinya jauh dari yang diharapkan. Terjadi gap yang cukup jauh antara kompetensi yang dituntut dengan yang ditampilkan. Yah...memang kadangkala seseorang tak mampu bercermin dengan cermat. Merasa cantik atau tampan mungkin biasa, apalagi jika sudah dipoles dengan sapuan make up dan dandanan yang mendongkrak. Namun merasa diri pintar dan hebat, agak lebih sulit untuk diterima. Bukankah kepintaran itu mengalir dai setiap kata dan tindak yang dipilih, dan bukankah kehebatan itu tercermin dari setiap karya yang  dihasilkan oleh pikiran dan tangannya. Jika kemudian cermin diri semakin buram, akan lahir sosok manusia nekad yang merasa diri paling oke dan hebat sehingga merasa mampu menduduki singgasana yang puncak sekalipun.
‘Bu, kasus yang harus saya pecahkan ini terlalu rumit. Saya tak bisa menyelesaikannya meskipun ibu memberi waktu 60 menit’
‘Bapak bisa mencobanya silakan’