Mohon tunggu...
Nurjanah
Nurjanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Administrasi Pendidikan Universitas Jambi

Mahasiswa Administrasi Pendidikan Universitas Jambi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seberapa Pentingkah Merdeka Belajar?

22 Februari 2022   11:08 Diperbarui: 22 Februari 2022   13:31 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan kurikulum baru yaitu merdeka belajar, sebagai tindakan lanjut dari kurikulum 2013. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, merdeka belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati.

            Sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan dengan diterapkannya merdeka belajar, di mana para siswa dan mahasiswa nanti ke depannya akan diberikan ruang untuk memilih minat dan bakat yang ada pada masing-masing individu, karena kalau tetap memakai kurikulum yang lama penilaian kepintaran dan kebodohan seseorang di nilai dari angka saja.

           Di mana angka hanya merupakan nilai di atas kertas yang tidak bisa menjamin masa depan seseorang, tetapi dengan disediakan tempat untuk memilih pelajaran yang diminati maka masing-masing individu dapat berkembang dengan pemikiran mereka sendiri dan tidak terpaku pada aturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di Indonesia sendiri, anak-anak di setiap daerah memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka dari itu dengan adanya program merdeka belajar anak-anak dapat berkembang sesuai dengan bakat mereka masing-masing.

         Di era digitalisasi, semua perkembangan teknologi menjadi salah satu indikator dalam penerapan kurikulum merdeka belajar dan pendidikan 4.0. jika di sekolah- sekolah tidak bisa memenuhi infrastruktur dari kurikulum merdeka dan pendidikan 4.0. maka sekolah tersebut akan ketinggalan kurikulum merdeka belajar dan pendidikan 4.0.

         Dengan era digitalisasi seperti sekarang maka akses internet yang ada di sekolah-sekolah harus tetap terjaga kecepatan dan kestabilannya, lalu sediakan laptop yang cukup untuk bisa di gunakan jika anak-anak ingin mengoperasikannya, lalu anak-anak yang memilih pelajaran sesuai minatnya perlu disediakan tempat yang cukup dan nyaman saat dipergunakan, maka dari itu setiap elemen yang ada perlu mendukung adanya program merdeka belajar karena dapat membangkitkan semangat para siswa untuk berkembang sesuai minat dan bakatnya.

          Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 Indonesia menjadi ranking ke 74 dari 79 negara yang di survei pihak PISA penilaian ini adalah penilaian kemampuan kognitif atau kecerdasan siswa, ini menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia terpaksa menjalani sekolah yang hanya menghafal rumus, dan hafalan lainnya, karena tidak semua anak memiliki ingatan yang kuat, maka dari itu dengan adanya program merdeka belajar diharapkan anak-anak Indonesia bisa membawa perubahan bagi negaranya dengan karya-karya yang dihasilkan.

         Jika anak-anak terpaku pada metode pembelajaran yang ada tanpa adanya inovasi anak-anak akan merasa jenuh melakukan rutinitas sekolah, tetapi jika mereka bisa memiliki tempat untuk menuangkan ide mereka maka anak-anak dapat berkembang secara pikiran dan dapat meningkatkan kecerdasan.

         Saya melihat sendiri, anak-anak masih banyak yang lambat dalam menerima pembelajaran dan anak-anak tersebut sampai menangis karena anak-anak itu di marahi oleh orang tuanya karena tidak bisa mengerjakan PR yang diberikan oleh sekolah, orang tua anak-anak tersebut belum sepenuhnya memahami potensi yang ada pada anaknya, orang tua hanya bisa memarahi anaknya ketika anaknya tidak dapat mengerjakan PR yang ada, jika seperti itu terus dibiarkan maka anak-anak akan merasa tertekan dalam waktu belajar, dan tidak memiliki semangat untuk bisa memahami materi yang ada. Jika anak-anak mereka sudah menangis dalam mengerjakan PR maka orang tuanya yang melanjutkan mengerjakan PR tersebut, ini menunjukkan bahwa anak-anak belum bisa merdeka dalam segi hal menerima dan memahami satu mata pelajaran, bagaimana dengan mata pelajaran yang lain, apalagi di zaman digital banyak anak-anak lebih memilih untuk bermain handphone daripada belajar, itu disebabkan karena anak-anak ketika bermain handphone tidak mengalami tekanan seperti ketika mereka belajar.

       Oleh karena itu setiap orang tua juga harus memahami dan bisa mengarahkan minat dan bakat anaknya dalam proses pembelajaran. Karena support orang tua merupakan hal yang pertama dan terdekat yang bisa mereka rasakan agar mereka yakin dengan pilihan minat dan bakat yang akan mereka kembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun