Mohon tunggu...
Nurjaman
Nurjaman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tukang Ulin

Nurjaman, lahir di Sukabumi 5 februari 1999. Tinggal di salah satu kampung pelosok sukabumi bagian selatan. Berkuliah di salah satu perguruan tinggi suwasta D.I Yogyakarta. Ia kerap di panggil Madun atau lingau di KAMAPALA.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyelusup Lubang Gelap di Bawah Tanah Desa Cikarang

3 Februari 2021   08:10 Diperbarui: 11 Februari 2021   11:13 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulut Gua Picung tampak dari depan (Nurjaman)

Di dinding gua sebelah kiri terlihat sampah pelastik yang terselip di antara rekahan, letaknya cukup tinggi sejajar dengan tanda garis yang melintang sepanjang dinding. 

Garis-garis yang melintang itu tanda bekas aliran sungai bawah tanah yang meluap. Beberapa sampah-sampah seperi pelastik, botol-botol dan ranting bambu kita jumpai, kemungkinan besar sampah-sampah itu terbawa oleh aliran air sungai bawah tanah.

Sampah botol yang di temukan di kedalaman kurang lebih 40 meter (Nurjaman)
Sampah botol yang di temukan di kedalaman kurang lebih 40 meter (Nurjaman)
Dua puluh meter telah kami masuki, kami melihat ratusan kelalawar menggantung di langit-langit gua. Lampu headlemp kami arahkan ke langit-langit gua puluhan kelalawar beterbangan dan tidak sling bertabrakan. 

Kelalawar merupakan kelompok Troglosem/stigosen (trogloxene/stygoxene) yaitu fauna yang hidup di dalam gua namun secara berkala harus keluar gua untuk mencari makan, kelalawar menjadikan gua sebagai tempat tinggalnya. 

Selain kelalawar kami menemukan kelompok Troglofil/stigofil yaitu Amblypygi (kalacameti) dan Rhaphidophoridae (jangkrik gua). dua fauna ini mempunyai mata yang tidak berfungsi atau buta, namun sebagai pengganti, fauna ini menggunakan antine sebagai sensor mereka bergerak.

Medan sempit berair (Nurjaman)
Medan sempit berair (Nurjaman)
Perjalanan terus berlanjut melawan arah aliran sungai. Ditengah-tengah perjalanan kami menemukan tiga cabang lorong. Satu demi satu lorong kami susur. 

Lorong yang mengarah ke sebelah utara berakhir dengan ruangan buntu, tapi sebelum ruangan buntu ada lorong yang mengarah ke arah selatan, ternyata setelah kami telusuri nyambung dengan lorong tengah, kami kembali ke titik pertigaan melalui lorong tengah. Dari titik pertigaan, kami memutuskan beristirahat sejenak

Lorong berbatu besar (Nurjaman)
Lorong berbatu besar (Nurjaman)

Suara gemuruh air terdengar berasal dari lorong yang mengarah kearah selatan, diskusi kecil memutuskan kami melanjutkan penelusuran. Melewati batu-batu besar dengan bertaburan guano-guano basah  dan kering di atasnya. 

Besar lorong ini sangat bervariasi, dari lorong-lorong tinggi hingga lorong rendah membuat kami harus merangkak. Tetesan air terdengar tenang. Entah beberapa ratus tahun ia mulai menetes hingga telah menjadikannya batu atau ornamen. 

Beberapa ornamen khas gua kita temukan seperti stalagtit dan stalagmit. Stalagtit merupakan endapan minral kalsit berbentuk silinder yang menggantung di atas gua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun