Ban mobil sekarang harus bersentuhan langsung dengan medan berbatu tertabur lumpur. Dengan pengalaman Si Abah supir yang sering melewati jalanan terjal memberikan rasa aman kepada kami.
Kantor Desa Cikarang telah terlewat, kami akhirnya sampai di sebuah Saung dimana mobil hanya bisa mengantarkan kami sampai sini. Pohon yang entah sejak kapan berdiri di pinggir saung berukuran 4x3 meter ini melindungi kami dari sengatan panas cahaya matahari.Â
Dari saung ini, kami harus berjalan kaki sekitar 2 km untuk sampai ke area bascamp. Peralatan sebagian kami angkut menggunakan Motor Engkreg yang kami pinjam dari mang Nani (warga lokal desa cikarang).
Motor Engkreg adalah Motor yang dimodifikasi bergaya motor Harley dengan menyediakan ruang didepan untuk mengangkut barang. Motor Engkreg biasanya dipakai untuk mengangkut batang-batang pohon dari tempat penyimpanan sementara (TPS) Hingga ke tempat pengangkutan selanjutnya.Â
Bagi sebagian besar masyarakat kampung Ciguha motor ini menjadi solusi dari kondisi jalanan yang hampir sama seperti wahangan saat, terjal, berbatu dan berair. Selain mengangkut batang-batang pohon motor ini pun di gunakan untuk mengangkut rumput / pakan ternak, hasil pertanian dan lain sebagainya.
Awan mulai mendung menutupi matahari yang tepat berada di atas kepala. Langkah demi langkah saya pijakan di antara batu-batu koral nan terjal, suara adzan berkumandang sedikit samar menjadi tanda parapetani untuk segera pulang.Â
Di antara ilalang-ilalang dan batu koral dua orang petani suami istri bertopi dari cetok sedang berjalan pulang. Mengingat perjalanan kami masih lumayan jauh, hanya sapaan hangat di akhiri percakaapan singkat yang terjadi antara kami dan dua orang petani itu.
Semakin jauh langkah kaki kami semakin memasuki hutan. Wilayah hutan ini termasuk wilayah hutan produksi nampak dari papan yang bertulisan perhutani  tertancap di antara tegakan pohon pinus. Area bascamp induk berada di lembahan. Sebelah utara bascamp tampak bukit menggenuk.Â
Di bawah tegaknya pohon mahoni kami mendirikan tenda, shelter dan dapur umum. Diskusi kecil memutuskan kami bekerja dengan tugas yang sudah dibagi-bagi, sebagian ada yang masak, mendirikan tenda dan mengecek peralatan yang sudah dibawa.
Sore hari angin hutan yang lembut sesekali  membelai tubuh yang berkeringat, di bawah lindungan kanopi pohon mahoni kami beristirahat sambil menunggu tim dapur umum memasak, sebagian dari kami memasang lintasan untuk simulasi SRT Single Rope Technique. Meski menurut informasi yang telah kami dapatkan gua yang akan ditelusuri adalah gua horizontal.Â
Kendati demikian hal itu tidak menuntut kami untuk terus mengasah skil teknik-teknik penelusuran. Sejatinya skil menentukan keselamatan dan kenyamanan di lapanagan. Kegiatan hari ini kami akhiri dengan briefing persiapan untuk penelusuran besok pagi.