Mohon tunggu...
Nur Izzati
Nur Izzati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Lupa Bersyukur

31 Januari 2018   10:06 Diperbarui: 31 Januari 2018   10:10 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"udahlah" jawab Icha

Kebiasaan buruk kami di kamar ini adalah malas mandi terutama aku, dulu aku dujuluki ANAK JAMAN yang singkatan dari kalimat anak jarang mandi hahaha. Malam pun ku lalui dengan mengerjakan laporan yang sudah menumpuk dan tuas-tugas yang selalu ada. Jam telah menunjukkan pukul 23.00 aku pun merebahkan tubuh ku dan tidur. Di saat aku tidur, aku merasa seperti ada yang membanguniku, aku pun terbangun dan melihat ternyata tidak ada tanda-tanda mereka membangunkan ku, ku perhatikan lagi posisi tidur teman-temanku tidak ada yang mencurigakan.akhirnya aku berwudhu dan melihat jam menunjukkan pukul 03.15 aku pun shalat tahajud, selesai shalat tiba-tiba terlintas difikiranku  tentang dia yang ku lihat tadi sore, entah kenapa hati ku berkata untuk tidak usah terlalu mengharapkannya jika dia adalah jodohku pasti akan tiba saat nya karena dengan memikirkannya saja menjadi jembatan bagiku menuju jalan yang di murkai ALLAH.

Fire...fire...fire...alarm berbunyi menandakan pukul 05.30 malas sekali rasanya untuk membuka mata ini "pumm..pumm.. Rini bangun" sahut Icha sambil memukulku dengan bantal. Aku pun bangun dan berwudhu. Ingat ya yang dilakukan Icha tadi bukan kekerasan tetapi itu atas permintaan ku sendiri karena aku yang susah bangun. Aktivitas seperti biasa ku lakukan sebelum berangkat kuliah. Sambil berjalan aku memandangi orang-orang yang sedang berjalan santai di lapangan kampus, di dalam hatiku bergumam "andai saja aku bisa seperti mereka punya waktu bersantai yang panjang, tidak memikirkan tugas dan laporan, tapi bagus juga sih aku tidak bisa seperti mereka karena kalau aku hidup bersantai mungkin aku akan jadi gadis yang berlengan besar, paha besar, pipi yang sangat besar dan perut yang sangat besar, aduhhh astakhfirullah, makanya kamu harus bersyukur dapat hidup seperti ini". Hari ini aku lalui seperti biasanya, namun ada yang berbeda saat aku pulang dari kampus, aku melihat seorang lelaki paruh baya dengan anaknya yang membawa gerobak berisi kardus bekas, kardus-kardus itu akan dijual kepada pembeli kardus bekas.

"ayah mau itu" kata anak itu pada ayah nya sambil menunjuk ke arah rumah makan padang.

"iya sayang nanti ya ayah beli, sekarang ayah belum ada uang" jawab lelaki paruh baya tersebut.Melihat kejadian tersebut rasanya mataku seperti melihat bawang merah yang sedang di potong. Tak terasa air mataku hampir jatuh, sebelum jatuh ku seka terlebih dahulu dengan jari ku. Banyak sekali orang di dunia ini serba berlebihan, namun banyak juga yang serba kekurangan. Bahkan dapat makan 2 kali sehari saja mereka sudah sangat bahagia, sangat bersyukur, namun apa yang telah aku lakukan terhadap rezeki y7ang telah diberikan Allah kepadaku? Aku malah menyia-nyia kan nya, tidak mensyukurinya, kejadian yang aku lihat tadi menjadi pelajaran bagi ku bahwa jangan pernah menyia-nyiakan apa yang telah diberikan Allah kepada ku karena masih banyak orang-orang di luar sana sangat membutuhkannya. Tidak hanya dalam bentuk materi namun, non materi juga. Aduhh jadi ceramah aku nya hufff.. sekian semoga bermanfaat

Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun